Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Djarot: Jakarta Perlu Teladan Pemimpin yang Bukan Hanya Pandai Mengancam

Kompas.com - 29/11/2014, 12:05 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dianggap cocok menjabat sebagai kepala daerah di Ibu Kota. Namun, pria yang pekan lalu dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta itu dinilai harus mencontoh teladan kepemimpinan lain untuk dapat mengubah Jakarta.

"Untuk hal ini cocok tetapi belum cukup. Jakarta perlu teladan pemimpin yang bukan hanya pandai mengancam, memarahi, tetapi konsisten pada perbuatannya," ujar Anggota Komisi II DPR dari fraksi PDI-P, Djarot Saiful Hidayat dalam diskusi "Revolusi Mental ala Ahok?" di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/11/2014).

Djarot menilai mantan Bupati Belitung Timur itu harus melihat dengan benar siapa contoh pemimpin yang dapat menjadi teladan untuknya. Sebab, kata dia, Ahok dikenal dengan gaya bicara ceplas-ceplos dan kerap mengancam pegawai. [Baca: Djarot, Kandidat Wakil Ahok, Bicara Soal Peran Penting Gubernur]

Dalam hal melakukan komunikasi politik dan sosial, lanjut Djarot, pemimpin harus mengayomi keseluruhan yang ada dalam lingkup kekuasaannya. Pemimpin pun, tambah dia, harus memotivasi dan mewujudkan arah kepemimpinan untuk mensukseskan daerahnya.

"Berikan jalan keluar kalau ada persoalan mendesak. Bagaimana menyebut reformasi birokrasi dengan membongkar nilai buruk menjadi baik," ucap mantan Wali Kota Blitar tersebut.

Djarot mengungkapkan bahwa birokrasi mempunyai penyakit akut yang harus dibongkar, seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme. Dalam 10 tahun pengalaman memimpin Blitar, Djarot mengaku telah mengetahui gaya pejabat yang memanfaatkan kekuasaan.

Djarot melihat pemimpin sering memanfaatkan ajudan dalam kesehariannya. Misalnya, tas dibawakan oleh ajudan. Mental seperti itu, ungkap dia, yang harus dibongkar dari pemerintahan saat ini.

Ia mengatakan, saat menjabat, birokrasi merayu penggantian mobil Djarot dengan biaya Rp 400 juta. Padahal, kata dia, ada program renovasi rumah kumuh yang tengah digalakkan di Blitar. Namun, birokratnya tak memandang hal itu.

Bahkan birokrat menawarkan mobil baru karena mobil dinas Djarot telah berumur 10 tahun. "Kalau kepala daerah itu kan beli mobil minimal 2400 cc dan dengan merek yang bagu. Harga Rp 400 juta-an di tahun 2003 itu kalau dikucurkan untuk rakyat kan bisa ke mana saja," kata dia.

Nama Djarot Saiful Hidayat masuk dalam nominasi yang diajukan Ahok sebagai pendampingnya untuk memimpin DKI Jakarta. [Baca: Ini Tiga Nama yang Diajukan Ahok Jadi Wagub ke Megawati]

Djarot juga termasuk dalam tiga nama yang diajukan Ahok kepada Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). [Baca: Ahok: Ya Sama Bu Mega untuk Konsultasi Saja]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com