Deputi Gubernur DKI Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Sutanto Suhodo mengatakan, LRT tidak terlalu membutuhkan banyak lahan karena bisa dibangun di atas ruas jalan. Dengan demikian, kegiatan pembebasan lahan bisa diminimalisasi.
"Pembebasan tanah itu kan paling susah. LRT ini bisa menghindari pembebasan tanah karena bisa dibangun di atas ruas-ruas jalan yang ada," kata Sutanto saat rapat dengan Badan Anggaran DPRD DKI, di Gedung DPRD DKI, Kamis (18/12/2014).
Tak hanya itu, kata Sutanto, fleksibilitas LRT juga memungkinkannya dibangun di antara gedung-gedung. "LRT ini bisa berbelok dengan sudut yang tajam. Beda dengan jenis kereta lainnya," ucap dia.
Sementara itu, dalam hal daya angkut, kata Sutanto, LRT memiliki kapasitas daya angkut yang lebih besar ketimbang monorel ataupun bus transjakarta. Dengan demikian, keberadaannya diklaim bisa menjadi solusi ketimbang menambah jumlah transjakarta.
"Transjakarta dan monorel itu kapasitasnya kecil. Menambah terus transjakarta bukan solusi. Jadi, yang pas ini LRT ini sebetulnya," ucap dia. Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Suhodo, ada tujuh jalur LRT yang diusulkan Pemprov DKI ke DPRD DKI.
Jalur-jalur tersebut diklaim merupakan jalur yang padat penumpang dan bisa memindahkan warga yang tinggal di sekitarnya beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.
Ketujuh rute tersebut ialah Kebayoran Lama-Kelapa Gading (21,6 km), Tanah Abang-Pulo Mas (17,6 km), Joglo-Tanah Abang (11 km), Puri Kembangan-Tanah Abang (9,3 km), Pesing-Kelapa Gading (20,7 km), Pesing-Bandara Soekarno-Hatta (18,5 Km), dan Cempaka Putih-Ancol (10 km).
Anggaran yang dibutuhkan untuk tiap satu rute adalah sekitar Rp 7,5 triliun. "Jalur-jalur ini menghubungkan kawasan permukiman di tepi kota dengan berbagai pusat aktivitas ekonomi," kata Sutanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.