Misalnya di Jalan Prof dr Satrio, Kuningan, Jakarta Selatan. Meski saluran air alias gorong-gorong sudah diperbaiki, kawasan tersebut masih tetap tergenang saat hujan.
“Masih ada genangan setiap hujan, tetapi enggak sampai banjir sih,” kata Alex (30), salah seorang pedagang di sekitar jalan tersebut, Selasa (30/12/2014).
Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, berpendapat, genangan masih terjadi, artinya masih ada yang salah dengan sistem drainase.
“Jika masih ada genangan, artinya sistem drainasenya masih perlu diperbaiki lagi. Namun perlu dilihat juga, kecepatan surutnya genangan,” ujarnya saat dihubungi Selasa (30/12/2014).
Genangan, kata dia, menunjukkan baik buruknya suatu drainase. Bila genangan semakin cepat hilang saat terjadi hujan, maka itu menunjukkan sistem drainasenya semakin baik. “Paling baik kalau tidak ada genangan sama sekali. Namun, kalau genangan semakin cepat hilang, artinya perbaikan drainase berhasil,” jelas dia.
Yayat mengatakan, perbaikan sistem drainase di Jakarta memang perlu terus dilakukan. Apalagi mengingat pesatnya pembangunan yang terus terjadi. Jika masih menggunakan sistem yang lama, maka drainase tidak mungkin lagi menampung air. Ini karena drainase tidak “dibantu” lagi oleh ruang terbuka hijau. Dengan kata lain, volume air yang perlu masuk ke drainase supaya tidak terjadi genangan pun semakin tinggi.
Yayat mengatakan, supaya tidak timbul genangan, interkoneksi antarsaluran juga perlu diperhatikan. Artinya, saat sebuah saluran air diperbaiki tetapi hubungannya dengan saluran lain masih buruk, maka hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.
“Perlu diingat, kita punya saluran makro dan mikro. Saluran makro itu sungai, dan ada juga saluran primer, itu yang utamanya (sungai). Sekunder itu penghubung antara primer dan tersier yaitu saluran yang ada di lingkungan,” tutur Yayat.
Ketika saluran primer terus diperbaiki, begitu pula dengan yang tersier, namun saluran sekundernya tidak, maka air dari saluran tersier tidak dapat mengalir dengan baik ke saluran primer. “Maka itulah pentingnya memperbaiki juga saluran sekunder, memperbaiki interkoneksi antarsaluran,” ujar Yayat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.