JAKARTA, KOMPAS.com – Kehadiran angkutan perbatasan terintegrasi bus Transjakarta (APTB) dianggap menyusahkan angkutan umum yang berada di rute yang dilewati APTB. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah penumpang yang menggunakan angkutan umum.
“Pokoknya bikin susah lah APTB itu,” kata Andi, koordinator angkutan umum 56 jurusan UKI-Cileungsi saat ditemui di Cililitan, Kamis, (8/1/2015).
Andi menerangkan bahwa sejak keberadaan APTB jurusan Cileungsi-Grogol jumlah penumpang angkutan umum 56 menurun sebanyak 40 persen dari biasanya. Jika dalam sehari Andi bisa memberangkatkan sebanyak 50 mobil, kini hanya 30 mobil yang beroperasi.
Sejalan dengan keterangan Andi, salah satu sopir bus APTB jurusan Cileungsi-Bogor bernama Subandi mengakui bahwa bus yang dikemudikannya selalu penuh penumpang. Bahkan, dalam sehari ia bisa melakukan perjalanan pulang-pergi rute tersebut sebanyak 4 kali.
“Orang yang biasanya naik angkot maunya naik ini (APTB) karena kosong dan nggak pernah ngetem. Biar cuma lima atau enam orang kita jalan terus,” tambahnya.
Salah satu penumpang APTB jurusan Cileungsi-Grogol, Venya, juga mengakui hal serupa. Bagi Venya tidak masalah bila ia harus merogoh kocek lebih dalam untuk naik APTB.
“Meskipun harus bayar lagi buat APTB, tapi menurut saya lebih nyaman karena kalau di APTB bisa dapat tempat duduk,” tutur Venya.
Merosotnya jumlah penumpang membuat Andi setuju dengan permintaan Gubernur DKI Jakarta untuk menghapus APTB. Menurutnya, APTB kurang efektif dan menambah kemacetan di Jakarta karena para penumpang pada akhirnya akan turun di halte Transjakarta, sementara bus APTB tetap masuk ke jalanan dalam kota.
Perlu diketahui, Ahok berencana menghapus trayek APTB dan menggabungkannya dengan pengelolaan PT Transjakarta. Apabila operator APTB sudah berada di bawah pengelolaan PT Transjakarta, maka akan terintegrasi dengan sistem pembayaran yang baru, yakni rupiah per kilometer sehingga tidak ada lagi bus APTB yang mengetem sembarangan serta menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.