"Justru toko kelontong itu harus jadi mutualisme dengan minimarket yang ada. Kita tidak pernah mempolemikan antara minimarket dan toko-toko kelontong. Itu konsep yang salah," kata Ahok, seusai acara di Gereja Reform, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (17/1/2015).
Menurut Ahok, yang terpenting toko-toko kelontong itu mengambil barang yang akan dijual nantinya, dari pusat grosir. Sehingga sama seperti minimarket.
Ahok menyatakan saat ini di tengah-tengah kota Jakarta sudah ada grosir-grosir yang dapat dijumpai. "Grosir kan langsung mengambil dapat dari diskon dari pabrik. Kalau dia ambil langsung dari grosir ini dia memotong jasa tengkulak. Nah, ini keuntungannya itu nambah," ujar Ahok.
Disamping itu, dia mengklaim pertumbuhan toko kelontong lebih tinggi dibandingkan dengan minimarket. Hal ini, kata dia, dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik di Indonesia.
"Dari laporan Nielsen, 2,6 juta lho pertumbuhan toko-toko yang baru. Yang namanya Hypermart itu cuma 33 ribu," ujar Ahok. Kata dia, akan menguntungkan apabila barang yang dijual 90 persen berasal dari produksi lokal.
Dengan demikian hal ini akan mendorong pertumbuhan manufaktur. "Ini pasarnya bisa 10 miliar dolar tumbuh. Sistem ini yang harus. Kita jangan mau dibodohi orang seolah-olah minimarket enggak boleh," ujar Ahok.
Ahok menilai minimarket sudah merupakan perkembangan gaya hidup di kota, seperti Jakarta. "Kayak sekarang kamu masih mau enggak duduk di closet yang jongkok? Orang sudah beralih ke yang duduk. Balik ke jongkok ya sudah gemetar kamu," ujar Ahok.
Meski demikian, Ahok menegaskan bahwa munculnya minimarket harus mengikuti aturan di DKI. "Kalau dia terlarang, enggak ada izin, ya harus tutup. Apalagi yang bisa bikin kemacetan," ujar Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.