Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Saya Bela Pluit Bukan karena Saya Tinggal di Sana

Kompas.com - 11/02/2015, 13:23 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membantah anggapan yang menyebutkan bahwa ia membela warga Waduk Pluit karena ia tinggal di sekitar sana. Menurut Basuki, apabila pompa di Waduk Pluit tidak berfungsi, maka akan menyebabkan pusat kota atau kawasan Istana Merdeka terendam banjir.

"Makanya saya bilang, saya bukan bela (Waduk) Pluit karena saya tinggal di sana," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (11/2/2015).

Pria yang kerap disapa Ahok itu menjelaskan, pemerintah Belanda mendesain Jakarta dengan kondisi wilayah utara paling rendah dibanding wilayah lainnya. Adapun normalisasi saluran air yang sudah dikerjakan sejak tahun 1970-an dilakukan di Waduk Pluit.

Saat ini, Ahok memiliki tugas merelokasi 5.000 warga di bantaran Waduk Pluit. Menurut Basuki, Waduk Pluit penting dinormalisasi karena semua aliran laut ditampung ke sana sehingga pompa air di sana pun harus berfungsi dengan baik. Hal itu pula yang menyebabkan Basuki marah ketika Perusahaan Listrik Negara (PLN) memutuskan aliran listrik di rumah pompa Waduk Pluit.

"Kenapa air masih di posisi minus 150 cm, Anda matiin listrik untuk Waduk Pluit? Alasannya karena kabelnya bawah tanah. Kabel bawah tanah, menurut saya, jauh lebih aman. Dulu saja, waktu Pak Jokowi jadi gubernur, air di posisi 145 cm baru dimatikan listriknya karena gardunya terendam banjir," kata Basuki.

Ia menyatakan, ketika air di Waduk Pluit masih di posisi minus, begitu listrik dipadamkan, maka pompa tidak bisa membuang air ke laut. Air yang meluap itu bergeser ke arah barat, tengah, dan timur.

Pada Senin (9/2/2015) dini hari kemarin, air laut pasang (rob) dan hujan yang tak kunjung berhenti. Sementara itu, Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono mengatakan, wilayah Jakarta Utara sudah mengalami penurunan. Bahkan saat ini bentuknya seperti mangkok.

"Makanya, di wilayah itu sangat membutuhkan pompa untuk membuang air ke laut. Di Jakarta Utara juga sudah semakin turun tanahnya sampai di bawah muka air laut," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Megapolitan
Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Megapolitan
Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Megapolitan
Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Megapolitan
Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Megapolitan
SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa 'Stasioner' untuk Tanggulangi Banjir

SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa "Stasioner" untuk Tanggulangi Banjir

Megapolitan
Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Gibran Kunjungi Rusun Muara Baru, Warga: Semoga Bisa Teruskan Kinerja Jokowi

Megapolitan
Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com