Menurut Retno, sekolah menerima sejumlah laporan terkait pemalakan. Berikut beberapa laporan yang diterima sekolah.
1. Kakak senior kelas XII kirim SMS adik juniornya kelas X untuk dibelikan bakso saat istirahat dengan ketentuan sambal dua sendok, jangan pakai bawang dan vetsin.
2. Kakak senior kelas XII minta dibelikan lipstick dengan ketentuan warna dan merek, dan harga yang cukup mahal.
3. Kakak senior yang kumpul dalam satu mobil, tiba-tiba berhenti dan meminta dibelikan softdrink, itu artinya seluruh isi mobil harus ditraktir.
4. Kakak senior membuat ketentuan untuk adik kelas X mencarikan dana bagi kegiatan, pemaksaan disertai dengan ketentuan denda jika nenyetor terlambat.
5.Ada larangan ke kantin sekolah bagi kelas X, sehingga mereka hanya bisa jajan di koperasi sekolah, jika jajan di koperasi dan bertemu kelas XII maka akan diwajibkan "bayarin" kakak kelasnya tersebut.
6. Dengan adanya kewajiban setoran rutin setiap pekan selama tiga bulan, maka para siswa kelas X sampai harus jual kue dan ngamen demi setoran tersebut dan bisa pulang sekolah larut malam selama bermingu-minggu.
Jika menolak, kata Retno, para siswa tersebut mendapatkan kekerasan fisik. Retno mengaku mendapat pengaduan orangtua murid bahwa anaknya mengalami kekerasan financial selama enam bulan dengan nilai mencapai Rp 5 juta. "Bahkan siswa tersebut mengalami kekerasan fisik berupa dicekik," ujarnya.
Retno mengatakan, para korban diam selama bertahun-tahun karena ketakutan dan merasa terancam. [Baca: Disdik Jakarta Selatan: Hukuman Siswa SMAN 3 Sudah Benar]
Hal itulah yang membuat Retno mengambil sikap tegas menskorsing keenam siswanya yang terlibat pengeroyokan terhadap alumninya. "Saya ingin memutuskan mata rantai kekerasan yang sering terjadi di sini," ujar Retno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.