Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Saya Minta Maaf Sudah Pertontonkan Tontonan Politik Lucu

Kompas.com - 03/03/2015, 10:24 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta maaf kepada warga karena mempertontonkan perdebatan politik yang tak kunjung reda dengan DPRD DKI Jakarta.

Pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan, perdebatan itu harus dia lakukan demi menyelamatkan anggaran sebesar Rp 12,1 triliun yang diselipkan dalam APBD DKI.

"Saya pikir kami minta maaf kepada warga Jakarta atas tontonan politik yang lucu seperti ini. Akan tetapi, mau enggak mau, semua ini kami tempuh karena banyak SKPD (satuan kerja perangkat daerah) jadi korban," kata Basuki di Balai Kota, Selasa (3/3/2015).

Ia menjelaskan, rendahnya serapan anggaran DKI pada tahun 2014 terjadi karena pihaknya banyak memangkas anggaran siluman. Karena Pemprov DKI belum menerapkan sistem e-budgeting pada APBD tahun anggaran 2014, banyak anggaran siluman yang terselip di dalamnya.

Namun, Pemprov DKI memutuskan tidak merealisasikan program dengan anggaran siluman tersebut. Sebagai gambaran, serapan anggaran tahun 2014 sebesar Rp 43 triliun dari total APBD Perubahan 2014 Rp 72,9 triliun. Pada tahun 2015, Basuki memaksa semua SKPD DKI menggunakan e-budgeting dalam menyusun anggaran.

"Supaya pimpinan DPRD kalau menemukan anggaran siluman tidak menuduhnya ke kami. Makanya saya kunci anggaran di e-budgeting, kemudian mereka mengajukan hak angket. Parpol yang mendukung hak angket sebetulnya mendukung APBD versi DPRD dalam hal ini," kata Basuki.

Setelah DPRD mengajukan hak angket, Basuki pun memutuskan untuk memproses permasalahan ini di ranah hukum, yakni di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Basuki mengadukan temuan anggaran siluman tahun 2012-2014.

Ia juga mengadukan upaya penyelipan anggaran siluman di dalam RAPBD 2015 senilai Rp 12,1 triliun. Namun, permasalahan tidak juga menemukan titik temu.

Setelah Basuki melaporkan anggota Dewan ke KPK, panitia hak angket kembali bersikap. Mereka berencana melaporkan Basuki ke Bareskrim Polri dan KPK atas dugaan penyuapan anggota Dewan senilai Rp 12,7 triliun.

Menurut Basuki, seluruh permasalahan ini tidak akan terjadi jika ia mau memasukkan anggaran siluman sebesar Rp 12,1 triliun ke dalam APBD DKI.

"Orang DKI menunggu uang supaya cepat bekerja, DKI kalau ada uang Rp 12,1 triliun itu bisa bangun 60.000 unit rusun loh. Masa saya mesti men-silpa-kan duit Rp 12,1 triliun? Alangkah baiknya uang itu saya pakai buat bikin rusun. Makanya bagi saya, kalau memang saya harus dipecat atau dimasukkan ke dalam penjara, saya rela, daripada saya memainkan Rp 12,1 triliun," ujar Basuki.

"Mohon maaf kepada warga DKI, kami memperlihatkan tontonan politik seperti ini. Ini terpaksa kami lakukan untuk membela uang rakyat dengan risiko saya tersingkir‎," pungkas Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com