Kriminolog Universitas Indonesia, Iqrak Sulhin mengatakan, meskipun jika dikaji secara akarnya adalah ekonomi, namun sekarang ini berubah menjadi motif ekonomi plus.
"Artinya, begal bukan kejahatan yang dilakukan utk memenuhi kebutuhan pokok, seperti membeli makan untuk diri pelaku atau keluarganya. Tetapi sudah berkaitan dengan kebutuhan yang hedonis," kata Iqrak saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (4/3/2015).
Iqrak menjelaskan, perilaku hedonis ini mengarah pada murni kesenangan. Beberapa kesenangan di antaranya seperti pada kebutuhan narkotika dan mengonsumsi alkohol.
Belum mengkhawatirkan
Iqrak menilai fenomena begal beberapa pekan terakhir ini harus dilibat secara proposional. Dia menyarankan aksi begal tidak perlu ditanggapi berlebihan.
Sebab, kata dia, data jenis kejahatan ini belum dianggap mengkhawatirkan. "Saya sendiri lebih cenderung menganjurkan agar kita tidak terlalu memandang berlebihan soal begal ini, karena datanya ini belum bisa dikatakan sangat mengkhawatirkan," ucap Iqrak.
Meski belum bisa dianggap mengkhawatirkan, Iqrak menganggap masyarakat tidak boleh meremehkan kejahatan jenis ini.
"Saya tidak sedang mengatakan kita bisa meremehkan, karena kualitas kejahatan ini tentu berbeda karena melibatkan penggunaan kekerasan," ucapnya.
Dia menganjurkan agar masyarakat melihat kasus begal dalam lonteks kejahatan yang serupa seperti pencurian dengan kekerasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.