"Kalau kita melihat, siapa yang membutuhkan, apakah rumah sakit atau sekolah?" kata Manajer Program dan Pengawasan Anggaran ICW, Firdaus Ilyas, di kantor ICW, Senin (9/3/2015).
ICW menyayangkan adanya perbedaan APBD ini. Padahal, jika secara logika, rumah sakit lebih penting menerima UPS dibanding sekolah. "Rumah sakit butuh kapasitas besar daripada sekolah. Iya dong, itu menyangkut nyawa orang. Infus segala macem, UGD, atau ICU. Kenapa hanya Rp 1,3 miliar? Dibanding hanya sekolah," kata Firdaus.
Dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2014, terdapat realisasi pengadaan UPS sebanyak 51 paket, di antaranya terdiri dari sekolah menengah atas dan kejuruan sebanyak 49 paket dengan biaya Rp 6 miliar per paket, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah satu paket sebesar Rp 6 miliar per paket, dan RSUD Cengkareng satu paket dengan biaya Rp 1,37 miliar per paket.
Sementara itu, untuk komponen anggaran pengadaan UPS tahun 2014, menurut ICW, terdiri dari Honorarium Tim PBJ sebesar Rp 4.905.000 (0,08 persen), Belanja Dokumen dan Administrasi Tender sebesar Rp 495.000 (0,01 persen), Belanja Pengadaan Rak Besi sebesar Rp 968 juta (16,13 persen), Belanja Pengadaan UPS/Stabilizer sebesar Rp 1,9 miliar (32,02 persen), dan Belanja Pengadaan Instalasi Listrik Rp 3,1 miliar (51,7 persen).