Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emrus: Kritik Ahok soal Etika Berarti Masyarakat Sayang Pemimpinnya

Kompas.com - 26/03/2015, 17:43 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing berpendapat, masyarakat perlu mengkritik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait dengan etika dan normanya yang dianggap buruk.

Menurut Emrus, masyarakat yang mau mengkritik Ahok (sapaan Basuki) justru adalah masyarakat yang sayang dan peduli kepada pemimpinnya.

"Tidak saja mendukung upayanya memberantas korupsi, tetapi juga mengkritik saat ia mengeluarkan kata-kata yang tidak beretika. Ketika kita mengkritik Ahok, itu menunjukkan rasa sayang kita kepada pemimpin kita," kata Emrus seusai rapat hak angket DPRD untuk menyelidiki etika Ahok di Gedung DPRD DKI, Kamis (26/3/2015).

Menurut Emrus, masyarakat tidak boleh diam terhadap pemimpin yang telah melanggar etika karena hal itu bisa memberikan preseden buruk terhadap kehidupan sosial masyarakat. [Baca: Pengamat Komunikasi Ini Anggap Ahok Otoriter]

"Kalau kita membiarkan saat pemimpin kita sudah tidak beretika, itu sama saja kita tidak beretika juga. Orang yang memilih netral dan tidak bersikap di tengah kondisi krisis amoral, maka dia sama saja tidak bermoral," ucap Emrus. [Baca: Sejarah Jakarta Akan Mencatat Nama Ahok dan "Bahasa Toilet"-nya]

Tak hanya itu, Emrus juga meminta agar masyarakat tidak terjebak pada pandangan "boleh berkata kasar asalkan dalam upaya memberantas korupsi". Sebab, kata Emrus, pandangan ini memuat pembenaran yang memperbolehkan mengucap kata-kata kasar, yang dikhawatirkan bisa disalahartikan oleh anak-anak dan remaja. [Baca: DPRD Tepuk Tangan Satu Menit Kala Ahok Disebut Tak Pantas Jadi Gubernur]

"Kan lebih baik memberantas korupsi, tapi dengan cara yang beretika. Bersikap tegas kan tidak mesti dengan melanggar etika, tidak harus dibarengi dengan kata-kata kasar," ujar akademisi dari Universitas Pelita Harapan itu. [Baca: Syafii Maarif: Sebagai Pemimpin, Sisi Positif Ahok Lebih Banyak]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com