"Di Jakarta ini, ada 8.000 jabatan struktural, tetapi bidang mana yang kerja apa enggak kerja, kan kami enggak ada yang tahu. Makanya, saya tes kemarin buang (pangkas) 1.500 jabatan," kata Basuki, di Balai Kota, Selasa (31/3/2015).
Kendati memangkas ribuan jabatan struktural, klaim Basuki, pelayanan DKI tetap terjaga dan berjalan baik. Sebelum mendapat besaran TKD dinamis maksimal, pegawai diharuskan mengisi kinerja sehari-hari melalui e-TKD. Karena itu, jika pegawai itu tidak meng-input kinerja, ia tidak akan mendapat nilai TKD dengan maksimal. Dari input pegawai itu pula yang dipetakan Basuki untuk memangkas jabatan.
"Begitu kamu ngomel-ngomel karena TKD dinamis, mungkin di porsi Anda itu enggak ada gunanya jabatan struktural Anda, mungkin saya bisa buang 1.000-2.000 lagi jabatan struktural. Jadi, bisa-bisa Jakarta nanti strukturnya tinggal 4.000 saja, ngapain ada 6.000 jabatan," kata Basuki.
Basuki mengatakan, penerapan TKD dinamis ini menyebabkan gesekan. Namun, ia mengakui tak mengkhawatirkan gesekan tersebut.
"Saya bilang, bahkan bisa ribut satu tahun kok, gesek-gesekan saja terus, enggak apa-apa, nanti bisa ketahuan. Kalau kamu memang enggak ada kerjaan, kamu bisa mengisi enggak kerjaan itu (di e-TKD) enggak bisa loh, kalau seluruh komponen Anda enggak bisa ngisi, berarti saya pecat," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.