Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Korupsi UPS Cepat Terungkap, Polisi Harus Periksa Anggota DPRD

Kompas.com - 05/04/2015, 09:29 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah menetapkan tersangka dari unsur pemerintah dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat penyedia daya listrik atau uninterruptible power supply (UPS) tahun 2014, Bareskrim Polri diharapkan bisa segera melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang berasal dari unsur DPRD DKI Jakarta.

Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesian Corruption Watch (ICW) Firdaus Ilyas menilai perlunya pemeriksaan terhadap anggota DPRD DKI. Pasalnya, pengadaan UPS merupakan usulan dari lembaga legislatif, khususnya dari komisi yang membidangi masalah pendidikan, Komisi E.

"Kan ada pokir (pokok-pokok pikiran) dari legislatif. Banyak alokasi anggaran yang semula tidak ada, kemudian jadi ada karena pokir DPRD," kata dia saat dihubungi, Minggu (5/4/2015). Selain dari pihak legislatif, Firdaus menganggap kepolisian juga perlu melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan penyedia barang.

Menurut Firdaus, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan mengingat UPS telah dibeli dengan harga yang dianggap tidak wajar. "Penyidik (kepolisian) juga juga perlu memeriksa vendor dan distributor selaku pemenang tender pengadaan UPS. Ada dugaan mark-up. Kemungkinan desakan dari pihak ketiga itu tentu ada saja," ujar dia.

Bila dua pihak itu bisa segera diperiksa, Firdaus yakin, kasus dugaan korupsi pengadaan UPS bisa dengan cepat terungkap. "Untuk menuntaskan kasus, tiga pihak perlu diperiksa. Tiga pihak itu siapa saja? Ya tentu saja eksekutif, legislatif, dan vendor," ucap Firdaus.

Sebagai informasi, pengadaan UPS pada tahun 2014 dilakukan di 49 sekolah, masing-masing 25 sekolah di Jakarta Barat, dan 24 sekolah di Jakarta Pusat. Sejauh ini, pihak kepolisian sudah menetapkan dua tersangka. Keduanya adalah mantan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat Alex Usman, dan Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat Zaenal Soelaiman. Saat pengadaan UPS, keduanya berperan sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK).

Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua DPRD DKI Abraham "Lulung" Lunggana menyatakan siap dipanggil Bareskrim untuk memberi keterangan terkait kasus tersebut. 


"Pokoknye gue dipanggil, siap. Enggak tahu kapan, terserah dia (Bareskrim)," ujar dia, di Gedung DPRD DKI, Selasa (31/3/2015).

Pada 2014, Lulung merupakan koordinator Komisi E yang mengusulkan pengadaan UPS di sekolah-sekolah. Akan tetapi, ia yakin bahwa dia tidak terlibat dalam kasus dugaan korupsi UPS. Menurut Lulung, meski bertindak sebagai koordinator di Komisi E, dia tidak aktif dalam Badan Anggaran DPRD periode 2009-2014. Ia pun berani bertaruh untuk meyakinkan kalau dia tidak bersalah.

"Kalau gue bersalah, buru-buru deh gue ditahan. Kita fair aja. Rumah gue Rp 2 miliar. Ruko ada tiga, jadi Rp 6 miliar. Lu (wartawan) Rp 100 juta aja. Ayo, tanda tangan. Kalau gue terlibat, lu ambil dah taruhan gue. Gue berani jamin, gue enggak salah," ujar politisi PPP itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com