Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Cari Tahu PHL Monas yang Belum Digaji Asli atau Palsu

Kompas.com - 10/04/2015, 10:34 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku enggan langsung percaya jika ada pekerja harian lepas (PHL) yang mengklaim belum diberi gaji. Pasalnya, menurut dia, banyak pihak yang mengaku-ngaku sebagai PHL. Seperti contohnya pada permasalahan PHL Dinas Pekerjaan Umum yang bekerja di pintu air. 

"Masih ingat enggak dulu mereka pada ribut bilang enggak gajian. Memang ada (PHL) yang asli belum dibayar gaji, tapi banyak juga (PHL) yang palsu. Kemudian saya minta Dinas PU kasih saya nama-nama PHL, nomor HP, dan mereka kerja di mana saja," kata Basuki, di Balai Kota, Jumat (10/4/2015). 

"Nah sekarang PHL Monas teriak-teriak dia enggak gajian segala macam. Pertanyaan saya, ini benar pegawai enggak? Karena juga banyak mandor yang mulai ribut-ribut karena pembagian rezeki tidak merata," lanjut Basuki. 

Oleh karena itu, Basuki meminta seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan unit kerja perangkat daerah (UKPD) untuk mendata PHL-PHL yang bekerja. Seluruh PHL itu digaji dengan menggunakan kartu ATM Bank DKI dan dengan sistem transfer. Sebab, jika tidak menggunakan sistem transfer non tunai, SKPD kerap melakukan penipuan. Seperti misalnya di Dinas Kebersihan, ada oknum SKPD yang mengatakan jumlah PHL hingga 20.000 orang. Ternyata setelah diselidiki, hanya ada 10.000 PHL.

"Berarti selama ini ada penipuan dong, gila kan. Tapi sistem transfer, mereka masih pintar juga. Semua orang dicomot dan ditawarin jadi pegawai DKI. Jadi kartu ATM-nya dipegangin (oknum SKPD) pinjem nama PHL nah si oknum SKPD ini seolah-olah menjadi PHL DKI. Otomatis kamu yang terima duit baru dikasih ke PHL. Pas dikasih ke PHL juga dikasihnya setengah (dari nilai UMP) alasannya PHL itu enggak kerja, makanya cuma dapat setengah gaji," kata Basuki kesal.

Basuki meminta Dinas Kebersihan, Dinas Tata Air, Dinas Bina Marga, dan UPT Monas untuk membagi PHL ke beberapa titik. Sehingga akan lebih memudahkan pendataan PHL. Dia juga lebih mudah menyelidiki jika ada kasus keterlambatan pembayaran gaji.

Di kawasan Monas yang luasnya 70 hektar, UPT Monas harus dapat menggambarkan titik atau radius ini, PHL mana yang bekerja dan bertanggung jawab. Kemudian UPT Monas akan mendata identitas PHL lengkap dengan nomor HP dan rekening bank.

"Nanti akan ketahuan (PHL) mana yang palsu. Jadi ini tuh sama kayak maling teriak maling di Jakarta, itu juga yang terjadi dengan DPRD. Mereka yang malsuin RAPBD kok tiba-tiba bilang saya yang malsuin (RAPBD). Jadi Jakarta enggak heran, orang DPRD aja gitu kelakuannya, apalagi orang-orang di bawah, sudah biasa itu," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com