Sebutan itu semakin kuat setelah tewasnya Deudeuh Alfi Syahrin (26) di kamar kosnya, di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (10/4/2015) lalu.
"Itu sudah lama sekali. Makanya sekarang bisa ditangkap kalau terjadi salah peruntukan, kos-kosannya mesti ditutup," kata Basuki, di Balai Kota, Jumat (17/4/2015).
Dengan adanya peristiwa tewasnya Alfi ini, lanjut dia, pejabat setempat bisa kembali menyelidiki dan menyisir rumah-rumah warga yang salah peruntukan. [Baca: Ahok: Prostitusi, "Nyolong" Anggaran, "Mark Up" UPS, Dosanya Sama]
Ia juga telah menginstruksikan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat untuk mengumpulkan serta memberi pengarahan kepada seluruh ketua RT/RW, kelurahan, dan kecamatan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peristiwa tewasnya Alfi terulang kembali.
"Kemarin juga saya sudah tegur Pak Kukuh (Kasatpol PP DKI Jakarta) dan Pasar Jaya (Dirut Pasar Jaya Djangga Lubis), karena Blok G saja dibuat jadi tempat PSK. Makanya harus pelan-pelan saja, karena kami enggak bisa langsung nyalahin juga ya," kata pria yang biasa disapa Ahok.
Basuki menegaskan, Pemprov DKI tidak akan membuat satu kawasan khusus untuk lokalisasi. Sebab, wacana itu menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat.
Bahkan, dia mengaku kerap mendengar cerita banyaknya oknum pejabat yang suka "memesan" PSK.
"Saya juga sering dengar kok ada oknum pejabat, oknum politisi disiapin cewek. Tukang salon juga cerita, mereka (oknum pejabat) maunya (PSK) yang 21 tahun, kulitnya putih dan badannya tinggi. Coba saja kamu potong rambut di salon, pasti cerita semua tuh ibu-ibu," kata Basuki tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.