"Saya enggak ngerti lagi sama PAM. Saya sudah teriak-teriak dari tahun 2012, marah-marah, gebrak meja, tetapi tetap saja banyak yang tidak dikerjakan. PAM ini memang payah, kerjanya lamban sekali," kata Basuki di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (12/5/2015).
Seharusnya, lanjut dia, PAM Jaya bisa mengelola serta membangun pengolahan air baku secara mandiri. Basuki kemudian mencontohkan salah satu kebutuhan air bersih di Pantai Mutiara, Pluit, di Jakarta Utara.
Menurut dia, warga-warga di sana terpaksa harus membeli air hingga Rp 20 juta tiap bulannya. Namun, demi mendapatkan air yang berkecukupan, warga kelas menengah ke atas itu pun menyanggupi tarif itu.
Kemudian, jika air laut bisa diolah menjadi air bersih, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar 1 dollar AS atau Rp 13.000 tiap liternya.
"Pangsa pasar di Pantai Mutiara ini kan jelas. Coba kalau bisa olah air laut jadi air bersih, kan kami juga punya Waduk Pluit, air semua masuk ke situ. Pengolahan air Jakarta Propertindo (Jakpro) saja bisa manfaatkan dengan ambil air dari Waduk Pluit dan jual ke Apartemen Laguna," kata Basuki.
Ahok kemudian membandingkan pengelolaan air Jakarta dengan Bekasi. Warga Bekasi bisa mengolah air dari Kanal Banjir Timur (KBT). Di sisi lain, ia menyayangkan PAM Jaya yang tidak mau berinvestasi di KBT, padahal stok air di KBT melimpah.
"Bisa enggak semua (wilayah) DKI (Jakarta) disambungin PAM? Jangan lagi ada warga yang mengambil air tanah, tetapi sekarang sulit saya merealisasikan itu," kata Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.