Akan tetapi, Wilem mengaku berani menjamin bahwa beras dagangannya adalah beras asli. Wilem mengatakan telah melakukan riset sendiri sebelum isu beras plastik ini muncul ke permukaan. Dia mengatakan pernah secara diam-diam memeriksa langsung lokasi penggilingan tempat pemasoknya mengambil beras.
Secara langsung, Wilem menyaksikan beras yang dijual melalui proses penggilingan langsung dari gabah-gabah padi. Itulah sebabnya dia percaya bahwa beras yang dia jual terjamin aman. Atas adanya informasi beras plastik ini, Wilem pun memilih untuk menjelaskan saja kualitas berasnya kepada pelanggan.
"Kita harus lebih tunjukkan sajalah kualitas beras kita dan kita terjun langsung loh ke tempat penggilingannya. Kita harus tegas ke supplier kita," ujar Wilem.
Sebagai informasi, beras plastik di Bekasi disebut positif mengandung polyvinyl chloride yang merupakan bahan baku pipa, kabel, dan lantai. Beras itu juga mengandung plastiser plastik seperti Benzyl Butyl Phtalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phtalate (DEHP), dan Diisononyl Phtalate (DNIP). Ketiga bahan tersebut merupakan pelembut yang biasa digunakan bersamaan dengan Polyvynil Clhoride. Tujuannya agar pipa atau kabel mudah dibentuk.
Informasi mengenai beras sintetis mencuat setelah salah seorang penjual bubur di Bekasi, Dewi Septiani, mengaku membeli beras bersintetis. Dewi mengaku membeli enam liter beras yang diduga bercampur dengan beras plastik. Beras tersebut dia beli di salah satu toko langganannya. Dewi memang biasa membeli beras dengan jenis yang sama di toko tersebut seharga Rp 8.000 per liter. Keanehan dari beras tersebut dia rasakan setelah mengolahnya menjadi bubur.