Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Yayasan Adhi Niaga Harap Menristek Dikti Tak Sekadar Pencitraan

Kompas.com - 26/05/2015, 18:04 WIB
Jessi Carina

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Ketua Yayasan Adhi Niaga Adhy Firdaus berharap Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir tidak sekadar pencitraan melakukan inspeksi mendadak ijazah palsu di kampus STIE Adhy Niaga.

Dia berharap Nasir bisa bijaksana dalam melihat persoalan ini. "Harapan saya, Bapak Menteri yang terhormat bisa menggunakan kekuasaannya dengan arif dan bijaksana. Tolong dipertimbangkan dengan arif dan bijaksana. Bukan hanya pencitraan saja. Kekuasaan jangan sampai disalahgunakan," ujar Adhy di Bekasi, Selasa (26/5/2015).

Hal tersebut dikatakan oleh Adhy ketika mengetahui kekhawatiran yang dirasakan oleh mahasiswanya. Sejumlah mahasiswa memang mengaku khawatir akan nasib mereka di kampus tersebut. Terlebih lagi, Kemenristek telah mengancam akan menutup kampus temlat mereka berkuliah.

Adhy berharap menteri bisa mempertimbangkan lagi dan menggunakan azas praduga tidak bersalah. Serta memikirkan nasib mahasiswa yang belajar di sana. Adhy mengatakan selama ini telah menjalankan sistim perkuliahan sesuai peraturan. Apalagi, kampusnya bukanlah kampus baru, melainkan sudah berdiri sejak tahun 1999.

Adhy mengatakan masih banyak perguruan tinggi yang kata dia 'abal-abal' dan bahkan tidak memiliki gedung. Perguruan tinggi seperti itu menurutnya lebih pantas dicurigai. Bukan kampusnya yang jelas-jelas menjalankan kegiatan perkuliahan seperti kampus pada umumnya.

"Kita dari 1999 kampus kita udah berdiri kok dan bertahan sampai sekarang. Masa 16 tahun mau kita hancurin gitu aja," ujar Adhy.

Sebelumnya, salah satu mahasiswi STIE Adhy Niaga, Fatimah mengungkapkam kekhawatirannya akan kampusnya yang terancam ditutup atas laporan praktik jual beli ijazah palsu.

"Dampaknya banyak terutama kita yang reguler, sekarang kita sudah semester 7, ini berpengaruh ke kita dan keluarga khususnya soal biaya selama kuliah," ujar Fatimah.

Terkait praktik jual beli ijazah palsu di kampusnya, Fatimah sebenarnya juga tidak percaya. Sebab, dia merasa mengikuti kegiatan perkuliahan secara normal. Dia mengatakan jika ijazah di kampusnya diperjualbelikan, dia tidak perlu mengikuti kegiatan perkuliahan dengan aturan yang berlaku di kampusnya.

Selain itu, dia juga memiliki kakak yang merupakan alumnus kampus ini. Sampai saat ini, tidak pernah ada masalah yang dialami kakaknya dalam mencari pekerjaan dengan ijazah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com