"Politisasi gimana ya, saya enggak mengerti. Orang PKL datang, minta ditinjau. Ya saya datang. Kok malah disebut politisasilah, menjegal pilgublah. Enggak sejauh itu," ujar Syarif di Gedung DPRD DKI, Jumat (29/5/2015).
Dia juga heran bahwa tindakannya disebut "cari muka". Syarif justru menanggapi tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tersebut sambil bercanda.
"Cari muka? Saya sudah punya muka. Dia kenal baik saya, saya juga kenal baik dia. Muka saya sudah ada, malah disebut cari muka," ujar Syarif.
Dia mengatakan, salah satu tujuannya mengunjungi PKL Monas adalah ingin membuktikan bahwa ucapan Ahok (sapaan Basuki) tentang PKL Monas, terutama masalah PKL tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI dan juga adanya preman di kawasan Monas.
Syarif mengatakan, tidak ada rekayasa sama sekali dalam kunjungannya kemarin. Dia yakin bahwa para PKL sudah lama memiliki KTP DKI. Hal tersebut bisa terlihat dari tahun kedaluwarsa PKL tersebut.
"Saya enggak ada rekayasa kan. Datang langsung menunjuk orang. Orang kaget loh ngeliat kita. Kalau dibilang baru-baru ini buat KTP ya kejar dong yang nyetak KTP. Silakan kejar palsu atau enggak dari orang yang mengeluarkannya jangan yang mendapatkannya," ujar Syarif.
"Terus preman, waktu saya tanya tukang es kelapa itu dia tiap hari kasih Rp 2.000 dipungut sama petugas kebersihan, tetapi bukan preman dan sifatnya sukarela. Kalau enggak ngasih, ya enggak diusir," kata Syarif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.