Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Pembunuh Akseyna, Polisi Periksa Ulang Keluarga dan Teman

Kompas.com - 04/06/2015, 16:27 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidik telah meyakini, kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, sebagai kasus pembunuhan. Saat ini, polisi fokus mencari pelakunya.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan, dari gelar perkara yang dilakukan beberapa waktu lalu, polisi memutuskan bahwa kasus kematian Akseyna tidak wajar. Oleh karena itu, kasus tersebut digolongkan ke dalam kasus pembunuhan.

"Kami sedang mengurutkan lagi kronologi kasus ini untuk mencari pelakunya," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Kamis (4/6/2015). Kasus tersebut pun sudah ditingkatkan ke tahap penyidikan.

Polisi, kata dia, akan kembali membuka data penyelidikan dan mengulangi proses pengumpulan bukti-bukti.

"Kami kerucutkan TKP (tempat kejadian perkara) dan alibi untuk menemukan tersangkanya," kata dia.

Untuk menentukan tersangka, penyidik juga perlu menemukan motif dari pembunuhan. Sejauh ini, penyidik masih memeriksa ulang saksi-saksi yang berasal dari keluarga dan teman-teman Akseyna guna menemukan motif tersebut.

Kendati demikian, Krishna menyebut proses penyidikan masih berlangsung sehingga ia tidak dapat menyebutkan detailnya. Ia mengaku belum memiliki informasi mengenai dugaan pelaku. "Masih dalam proses, tidak bisa diungkap ke publik," kata dia.

Sebelumnya, polisi telah meyakini bahwa Akseyna meninggal karena dibunuh. Sebab, kondisi fisik dan lingkungannya mengindikasikan bahwa mahasiswa jurusan Biologi, Fakultas MIPA, itu menunjukkan hal tersebut.

Alasan yang meyakinkan polisi bahwa Akseyna dibunuh adalah kondisi Danau Kenanga yang relatif dangkal sehingga akan sulit untuk menenggelamkan diri. Bunuh diri lebih wajar dilakukan di perairan dalam, seperti laut.

Alasan lainnya, menenggelamkan diri dinilai sebagai cara bunuh diri yang terlalu lambat dan menyiksa. Orang bertekad kuat untuk bunuh diri biasanya lebih memilih untuk lompat dari ketinggian atau menenggak racun.

Kondisi fisik Akseyna, yakni lebam di kepala, bibir, dan telinga, juga dicurigai sebagai indikasi bahwa ia sempat dianiaya oleh pelaku. Selain itu, ranselnya yang hanya dikaitkan, tidak diikatkan, membuat Akseyna seharusnya bisa mudah untuk melepaskannya. Oleh karena itu, ia diduga dimasukkan ke air dalam keadaan pingsan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com