Keterangan ini memperkuat dugaan bahwa Akseyna bunuh diri. Namun, perlu diselidiki lagi apakah Akseyna menulisnya dengan tekanan atau tidak.
“(Sementara) kalau ada memalsukan surat wasiat itu, pelakunya berarti bertujuan untuk mengaburkan fakta kalau itu pembunuhan,” kata Eko kepada Kompas.com, Kamis (11/6/2015).
Sebelumnya, kepolisian telah meminta Pusat Laboratorium Forensik Polri untuk menganalisis tulisan dalam surat wasiat Akseyna. Hasilnya, tulisan tangan itu identik dengan tulisan dia.
Sementara itu, seorang grafolog atau ahli tulisan tangan bernama Deborah Dewi juga diminta kepolisian untuk menganalisis tulisan tersebut. Berbeda dengan Puslabfor, ia mengatakan ada kemungkinan ada dua orang yang menulis surat tersebut. Sebab, tanda tangan di surat itu tidak identik dengan tanda tangan Akseyna.
Lantas, karena kedua perbedaan analisis tadi, menurut Eko, seharusnya kepolisian mencari pendapat seorang ahli lagi. Nantinya analisisnya akan menguatkan salah satu dari dua analisis sebelumnya.
“Kepolisian bisa menggunakan ahli lain yang independen untuk memastikan hal ini,” kata Eko.
Sebelumnya, salah seorang teman Akseyna, Jibril, menemukan surat wasiat di kamar kos pria asal Yogyakarta itu. Dalam surat itu terdapat tulisan berbahasa Inggris yang menyatakan bahwa Akseyna akan pergi jauh dan tidak perlu dicari.