Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gabung ke Transjakarta, Pengemudi Kopaja Harap Tak Ada Lagi Pungli

Kompas.com - 26/06/2015, 11:12 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengemudi kopaja berharap tidak ada lagi pungutan liar (pungli) seiring telah bergabungnya koperasi transportasi tempat mereka bekerja itu ke dalam manajemen PT Transjakarta. Biasanya, beberapa oknum sering melakukan pungli saat kopaja yang mereka kemudikan melintasi sejumlah jalanan di Jakarta.

"Biasanya ditarikin Rp 2.000 saat ngetem sekali atau di lampu merah ada yang bersih-bersih kaca lalu minta imbalan. Kalau gabung ke (transjakarta), semoga enggak lagi," kata Rohim (33), pengemudi kopaja 19 rute Blok M-Tanah Abang, kepada Kompas.com, Jumat (26/6/2015) pagi.

Dalam sehari, pungutan tersebut tidak hanya sekali dua kali terjadi. Menurut Rohim, ia bisa kehilangan uang sewa hingga Rp 30.000 untuk membayar pungli saja.

Di beberapa terminal, setiap kopaja yang berhenti mencari penumpang juga dikenakan pungutan. Padahal, mereka dalam sehari bertugas juga diwajibkan untuk menyetor sekitar Rp 500.000 kepada pemilik kopaja.

"Itu dulu narik kopaja di Terminal Kampung Melayu juga bayar buat ngetem nyari penumpang. Sekali ngetemnya Rp 5.000. Ada yang mintain, yang ngatur waktu biasanya," ungkap Rohim yang sedang menunggu penumpang di pertigaan Jalan KH Wahid Hasyim, Tanah Abang.

Kawasan pertigaan itu sering dijadikan oleh kopaja untuk berhenti beberapa menit menunggu penumpang. Nantinya, Pemprov DKI dan PT Transjakarta akan melarang setiap kopaja untuk berhenti lama di satu titik mencari penumpang.

Dengan bergabungnya pihak kopaja ke dalam manajemen PT Transjakarta, mereka akan dibayar menggunakan sistem hitungan per kilometer jarak tempuh. Oleh karena itu, para pengemudi kopaja tidak perlu menggantungkan upah pada jumlah penumpang yang didapat saat mengoperasikan bus setiap harinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com