Syam (49), pengemudi dari taksi berwarna biru, mengaku resah dengan keberadaan taksi Uber. Syam mengatakan, munculnya mobil yang beroperasi tanpa izin menambah daftar angkutan gelap di Ibu Kota yang merugikan para sopir taksi resmi seperti mereka.
"Keberadaan mereka membuat resah sopir yang terdaftar seperti kita. Pendapatan kita jadi agak goyang," kata Syam kepada Kompas.com saat mangkal di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (29/6/2015).
Syam mengatakan, meski kerap mangkal di pusat kota, seperti Sudirman, atau SCBD, taksi Uber kadang mengambil penumpang di atau ke Bandara Halim.
Di pusat kota, taksi Uber juga tak kalah meresahkan sopir-sopir taksi resmi lainnya. "Mereka kalahnya cuma pas three in one. Kebanyakan jam segitu pada memilih mangkal. Tetapi, ada juga yang tanya dulu ke penumpangnya berapa orang. Kalau satu enggak berani mereka muat," ujar Syam.
Tarif murah
Dia menilai, operasi taksi Uber juga merugikan dari sisi tarif batas. Taksi Uber mematok tarif yang lebih rendah. "Mereka berani banting harga rendah," ujarnya.
Namun, para sopir taksi resmi seperti Syam tak dapat berbuat apa-apa. "Kita enggak bisa marah karena punya rasa kemanusiaan juga. Cuma, kita minta, mereka terdaftarlah seperti kita," ujar pria yang sudah bekerja sebagai sopir taksi warna biru hampir lima tahun ini.
Syam menambahkan, ada pula kasus mobil gelap lain yang beroperasi sembunyi-sembunyi. Contohnya, mobil gelap asal Cileungsi dan Bogor, yang mengangkut penumpang kantoran pada pagi hari.
Modus ini sama seperti mobil omprengan malam. "Belum lagi sekarang banyak mobil feeder tetapi resmi dari perumahan-perumahan, seperti dari Cikupa," kata dia.
Sementara itu, sopir taksi lainnya, Fuad (46), meminta agar Uber mendaftarkan diri dulu operasinya ke pemerintah. Namun, sebagai sopir baru, Fuad belum begitu khawatir dengan keberadaan Uber.
"Harapannya izinnya saja yang dilengkapi. Kalau di jalan persaingan kan tergantung pelayanan," ujar Fuad.
Senada dengan Fuad, Martin (30), sopir taksi lainnya, yakin masyarakat akan memilih taksi resmi. Sebab, kata dia, masyarakat akan memikirkan sisi keamanannya.
"Kalau seperti kita, penumpang barang ketinggalan, kan jadi tanggung jawab kita pengemudi. Kita harus kembalikan, sama seperti taksi resmi lainnya. Tetapi, kalau taksi gelap kan belum tentu. Artinya, taksi resmi dari sisi keamanannya lebih baik," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.