Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Noerbaety dan Individualisnya Masyarakat Perumahan

Kompas.com - 22/07/2015, 17:46 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Sosiolog Musni Umar menilai baru ditemukannya jasad Noerbaety Rofiq (44) dua pekan setelah pembunuhan, menandakan tidak adanya kepedulian dari lingkungan sekitar. Ia menganggap hal tersebut sebagai gambaran masyarakat perkotaan, terutama yang bermukim di kawasan perumahan, sudah semakin individualistis.

"Masyarakat kita semakin individualistis. Mereka tidak peduli dan tidak mau tahu dengan lingkungannya. Ini adalah fenomena masyarakat perkotaan yang makin lama makin luntur yang namanya kebersamaan," kata Musni kepada Kompas.com, Rabu (22/7/2015).

Musni menilai banyak faktor yang menyebabkan semakin individualnya masyarakat perumahan di perkotaan. Faktor pertama yakni warga perumahan bukanlah tipe masyarakat yang tumbuh secara bersama-sama seperti halnya warga di permukinan biasa.

Selain itu, kata dia, warga yang bermukim di perumahan rata-rata adalah para pekerja yang selalu sibuk. Hal ini yang kemudian membuat mereka malas untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

"Mereka tidak peduli terhadap lingkungannya. Sama tetangganya saja tidak tahu. Kalau dia sendiri yang kena musibah baru dia ribut. Tetapi kalau tetangga dia tidak peduli," ucap Musni.

Dia menyebut faktor terakhir yang membuat semakin individualnya warga perumahan di perkotaan adalah pengaruh budaya dari luar.

Menurut Musni, warga perumahan di perkotaan rata-rata adalah masyarakat yang sudah mengakses teknologi modern. Situasi ini membuat mereka mudah menerima budaya dari luar.

"Orang kota terpengaruh cara pikir barat yang sangat individualistis. Mereka cenderung individualis karena merasa tanpa bantuan orang lain sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri," ujar dia.

Seperti diberitakan, Noerbaety dibunuh di rumahnya pada 4 Juli 2015. Namun jenazahnya baru ditemukan pada Sabtu (18/7/2015) oleh keluarganya yang hendak berlebaran. Saat ini semua pelaku pembunuhan sudah diringkus oleh pihak kepolisian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Megapolitan
Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Megapolitan
Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com