Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stan Buku di Jakbook & Edu Fair Kurang Diminati Pengunjung

Kompas.com - 30/07/2015, 16:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Penerbit buku yang menjadi peserta pameran di Jakarta Book & Education Fair (JakBook & Edu Fair) mengaku, jumlah pengunjung pameran kali ini turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya.

Padahal, arena pameran yang berlokasi di Plaza Parkir Timur Senayan hingga hari keempat pelaksanaannya ini terus disesaki penerima dana bantuan sosial Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang hendak membelanjakan uangnya.

Supervisor Sales PT Tiga Serangkai International, Dodi, yang dijumpai dalam pameran, mengeluhkan bahwa banyaknya penerima KJP yang datang tidak berimbas pada naiknya jumlah pengunjung dan transaksi di stan Tiga Serangkai.

"Memang kalau kita lihat, pengunjung banyak, tetapi hampir 100 persen menyerbu alat tulis dan perlengkapan sekolah, sedangkan yang datang ke stan buku tidak ada," keluhnya kepada Warta Kota, Kamis (30/7/2015).

Dodi juga mengatakan, jika ada penerima KJP yang datang ke stannya, mereka biasanya membelanjakan uang sisa-sisa KJP seusai membelanjakan peralatan sekolah. Selain itu, pengunjung rutin JakBook & Edu Fair kemungkinan besar justru enggan datang ke pameran yang pelaksanaannya juga diperuntukkan bagi penerima KJP itu.

"Biasanya pada hari keempat sudah mulai kelihatan, pengunjung reguler kami yang memang menunggu event ini. Kalau sekarang, mungkin orang malas datang karena saking crowded-nya," ujarnya.

Dodi mengatakan, diskon besar-besaran yang diberikan pun tidak cukup mampu menarik pengunjung ke pameran tersebut. Misalnya, diskon diberikan sebesar 20-30 persen untuk buku-buku baru. Sementara itu, buku terbitan sebelum 2012 diberi diskon hingga 50 persen.

Senada, penanggung jawab stan penerbit Serambi, Robih, menyebutkan bahwa jumlah pengunjungnya turun drastis dibandingkan tahun lalu.

"Kami untuk pameran ini ditarget ratusan juta, tetapi enggak tahu ini bisa mencapainya atau tidak. Sekarang bisa dilihat sendiri, JakBook Fair sepi banget," ujarnya.

Salah satu pengunjung JakBook & Edu Fair yang bukan penerima KJP, Wati (25), mengaku tertarik datang karena diskon yang diberikan penerbit cukup besar. Sayangnya, perempuan yang baru memborong beberapa buku itu juga mengeluhkan ketidaknyamanannya dalam memilih buku-buku bacaan.

"Kalau ramai banget kan malah jadi susah ya untuk pilih buku. Padahal, biasanya orang sudah menunggu-nunggu untuk bisa beli buku dengan diskon yang cukup besar," ujarnya.

Wati pun mengungkapkan, dari tiga buku novel yang ia beli, dirinya berhasil mendapatkan potongan harga lebih dari Rp 40.000. Dengan begitu, total harga buku yang seharusnya semula Rp 200.000 pun hanya dibayarkan dengan Rp 160.000.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro tidak menampik bahwa banyak keluhan datang dari penerbit yang mengikuti pameran. Pasalnya, pada pameran-pameran buku sebelumnya, para pengunjung yang datang adalah mereka yang memang telah menunggu perhelatan tersebut selama satu tahun.

"Pengunjung tetap kami biasanya 350.000 orang. Sekarang dengan menerima pemegang KJP, pengunjung kami bertambah 489.000 orang. Akan tetapi, penerbit mengeluhkan stannya sepi," ujarnya.

Afrizal membenarkan, sebagian besar pengunjung memang lebih memilih membeli perlengkapan sekolah ketimbang buku. Pemilik penerbit buku Islam Al Mawardi itu pun menjelaskan, karakteristik pengunjung reguler JakBook & Edu Fair dengan pengunjung penerima KJP cukup berbeda.

Pengunjung reguler cenderung lebih senang memilih buku dan berlama-lama. Mereka juga datang sendiri karena tujuannya memang ingin membeli buku. Sementara itu, penerima KJP datang bersama dengan keluarga atau para tetangga. Hal inilah yang membuat arena pameran menjadi lebih ramai dan disesaki oleh ribuan orang. (Agustin Setyo Wardani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Warta Kota
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com