"Kita sudah mendengar itu. Bidang propam sudah bergerak melakukan penyelidikan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal di Jakarta, Sabtu (1/8/2015).
Iqbal menambahkan polisi tak akan segan menghukum jika ditemukan pelanggaran dalam proses penangkapan tersebut.
"Terkait hukum yang sudah dijalankan pengadilan, bidang hukum Polda Metro Jaya sedang melakukan analisa. Terus juga mengevaluasi, apabila ditemuka pelanggaran dari proses penyelidikan sampi penyidikan," kata Iqbal.
Saat ini polisi belum bisa menyebutkan ada dugaan pelaku lain. "Sedang kita lakukan pendalaman," tegas Iqbal.
Sementara itu, untuk memulihkan nama baik Dedi, polisi memberikan ruang terhadap Dedi untuk mengajukan upaya hukum yang berlaku. Upaya tersebut yakni praperadilan.
"Setiap warga diberikan kanal yakni praperadilan, kita tunggu itu. Tapi yang jelas polda metronjaya melalukan analisa untuk menemukan pelanggaran apa yang dilakukan," jelas Iqbal.
Saat dikofirmasi, Kepala Bidang Propam Polda Metro Jaya Komisaris Besar Janner Pasaribu menyebut anggotanya tengah turuh untuk menyelidiki. Sampai saat ini, Janner enggan berbicara banyak soal masalah tersebut.
"Anggota lagi menyelidiki. Itu aja yang bisa disampaikan," tegas Janner.
Kasus Dedi ini terjadi pada 18 September 2014 lalu. Ketika itu, keributan terjadi di pangkalan ojek sekitar Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur. Dua sopir angkot berkelahi karena berebut penumpang. Tukang ojek di sekitar lokasi berusaha melerai keduanya.
Salah satu sopir angkot yang berkelahi itu pulang, tetapi kembali lagi dengan membawa senjata. Sopir angkot tersebut kemudian dikeroyok sejumlah tukang ojek dan sopir angkot lainnya. Akibatnya, sopir angkot itu tewas.
Tujuh hari setelahnya, petugas dari Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur mengejar orang yang menewaskan sopir angkot itu. Pelaku diketahui bernama Dodi, yang juga seorang sopir angkot.
Namun, bukan menangkap Dodi, polisi justru menangkap Dedi. Padahal, saat kejadian, Dedi sudah pulang ke rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Namun, proses hukum tetap berjalan sehingga pria itu divonis bersalah oleh hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Ia pun mendekam di Rutan Cipinang.
Istri Dedi berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi suaminya. Ia pun meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) untuk mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta.
Belakangan, hakim Pengadilan Tinggi mengabulkan banding LBH. Dedi pun dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Melalui rilis No.142/PID/2015/PT.DKI Jo No.1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim, hakim memutuskan bahwa Dedi tidak bersalah, dan tuntutan jaksa penuntut umum tidak sah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.