Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnisnya Bangkrut, Perempuan Ini Bangkit Jadi Pengojek

Kompas.com - 07/08/2015, 06:00 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Sempat bekerja selama sepuluh tahun di perusahaan asing dan mempunyai usaha sendiri, Herni Johan (38) bangkrut habis-habisan. Pada akhirnya, dia menjadi pengojek berbasis aplikasi. 
Perempuan yang akrab disapa Mpok Jo ini awalnya memilih bekerja sebagai pengojek pangkalan setelah sempat mundur dari perusahaan tempatnya bekerja, ditipu oleh anak buahnya, sampai usaha serta harta bendanya habis dan bangkrut.

"Dulu saya mah kerjanya sudah sepuluh tahun di Epson, perusahaan Jepang itu, jadi engineering. Saya sempat ngerasain punya rumah, punya mobil, tapi namanya orang kena musibah ya, jadi ibaratnya balik lagi ke nol gitu," kata Mpok Jo kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2015).

Saat itu, Mpok Jo memutuskan mundur dari perusahaan tempatnya mengabdi bertahun-tahun demi fokus pada usahanya yang dia bangun sendiri. Namun, dari usahanya itu, dia semakin terpuruk karena ditipu oleh anak buahnya.

Di tengah keterpurukan itu, Mpok Jo yang memang memiliki keahlian berkendara, baik mobil maupun sepeda motor, memutuskan untuk ngojek.

Perempuan kelahiran Jakarta ini sempat merasa ragu, minder, dan gengsi sebelum menjadi pengojek pangkalan. Tetapi, semua keraguan itu tidak dia hiraukan.

Mpok Jo sendiri adalah satu-satunya pengojek perempuan di pangkalannya saat itu. Sampai suatu saat, ada sales dari salah satu perusahaan ojek berbasis aplikasi menawarkan dia dan temannya untuk bergabung.

"Saya baru lima bulan ngojek di pangkalan, terus datang salesnya Grab Bike. Ya biasalah, sales kan nawarin gitu. Tapi saya enggak langsung ambil tuh, ada pikir-pikirnya dulu kan," ujar Mpok Jo.

Dia mengaku akhirnya menerima tawaran sales tersebut karena ingin mencoba hal baru. Selama menjadi pengojek pangkalan, Mpok Jo hanya bekerja di wilayah yang sama dan penghasilannya sehari hanya cukup untuk makan.

Kondisi saat Mpok Jo ngojek di pangkalan dengan menjadi pengojek berbasis aplikasi, sangat terlihat perbedaannya, terutama dari sisi penghasilan. Jika sehari Mpok Jo dapat Rp 200.000 sebagai pengojek pangkalan, kini yang bisa dia bawa pulang adalah dua kali lipatnya, bahkan lebih.

"Sampai orangtua bingung, tuh. Kalau dulu kirim (uang) segini, sekarang jadi lebih banyak. Saya ditanya, 'kok tumben setorannya nambah banyak?' Saya bilang saja, namanya juga rezeki," ujar Mpok Jo.

Kini, Mpok Jo masih aktif sebagai pengojek di Grab Bike. Dia juga perempuan pertama yang bergabung dengan Grab Bike. Dengan besarnya penghasilan yang dia miliki sekarang, membuat Mpok Jo jadi senang berbagi dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya.

Mpok Jo juga dipercaya oleh manajemen Grab Bike sebagai koordinator lapangan pengojek-pengojek Grab Bike lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Polisi Periksa Kejiwaan Anak yang Aniaya Ibu Kandungnya di Cengkareng

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Tak Ditolong Saat Pendarahan dan Dirampas Ponselnya oleh Kekasih

Megapolitan
Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Polisi Tangkap Selebgram Terkait Kasus Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Ditinggal Kekasih Saat Pendarahan

Megapolitan
Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Ketua Fraksi PSI: Penonaktifan NIK Konsekuensi bagi Warga Jakarta yang Pindah ke Daerah Lain

Megapolitan
Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Bukan Transaksi Narkoba, 2 Pria yang Dikepung Warga Pesanggrahan Ternyata Mau ke Rumah Saudara

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibunuh 'Pelanggannya' karena Sakit Hati

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibunuh "Pelanggannya" karena Sakit Hati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com