Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu Empat Anak Ikut Bersaing Menjadi Ojek Online

Kompas.com - 13/08/2015, 05:01 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perempuan berjilbab biru, tersenyum ramah saat Kompas.com menyapanya. Dia ikut mengantre bersama dengan 2.500 orang yang mendaftar menjadi pengojek Grab Bike di Plaza Barat SUGBK, Rabu (13/8/2015).

Dia adalah Ekky Zakia Aziz (41), warga Cipinang, Jakarta Timur. Dia mengaku belum pernah ngojek sebelumnya. Namun, demi mendapatkan uang tambahan untuk pendidikan anaknya, dia ikut mengantre bersama orang-orang yang melamar menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi itu.

Menurut Ekky, selama ini, dia dan suaminya menjual makanan di kantin sekolah. Selama berdagang di kantin, omsetnya mencapai Rp 800.000 per hari.

"Bersihnya Rp 300.000 sehari. Tapi itu kan Senin-Jumat doang, Sabtu-Minggu libur. Belum lagi kalau libur sekolah. Praktis saya menganggur, enggak ada pemasukan," ucap ibu empat anak itu.

Hal tersebut menjadi pemicunya untuk mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut dia, menjadi pengemudi ojek merupakan pilihan paling ideal bagi dirinya. Sebab, dia bisa mengatur waktu karena tidak terikat kerja sama apa pun terkait pekerjaan yang dijalaninya.

Ekky pun berinisiatif untuk mendaftar menjadi pengojek berbasis aplikasi. Dia mengaku terinsipirasi dari salah satu temannya, yang memiliki suami sudah bergabung terlebih dulu.

"Intinya, kita sedang menabung untuk dapat penghasilan tambahan. Supaya anak saya bisa sekolah tinggi. Kalau bisa, sekolahnya sampai keluar negeri. Jadi, setelah dengar cerita teman yang suaminya sudah gabung, saya putusan untuk ikut gabung," ucapnya.

Ekky tidak peduli statusnya sebagai Ibu empat anak saat harus bekerja sebagai tukang ojek.

"Enggak masalah kok. Semua keluarga, orang tua, suami dan anak saya mendukung. Dulu saya juga anggota resimen mahasiswa (Menwa) di STIE Rawamangun. Pernah ikut satgas (Sayuan tugas) Timor Timur tahun 1996," ucapnya seraya tertawa.

Meski menjadi pengojek dominan dijalani kaum pria, Ekky mengaku hal itu bukan penghalang baginya untuk mencari rezeki yang halal. Dia mengaku pernah menjadi penyalur beras. Bahkan ikut mengangkut karung beras ke pasar induk.

Selain itu, Ekky juga pernah jadi sopir di rental mobil miliknya. Meski kendaraan rental yang dimiliknya hanya satu unit. "Itu pun saya nyetir sendiri. Tapi, ternyata, lebih banyak biaya perawatannya daripada pemasukan. Jadi, mending saya jual aja mobilnya," kata Ekky.

Pengalaman menjadi sopir itu juga sempat mendorongnya untuk menjadi sopir bus. khususnya sopir bus transjakarta. Namun, dia gagal bersaing dengan calon pengemudi bus lainnya.

"Tadinya mau daftar jadi sopir busway (transjakarta). Tapi karena saya enggak ada relasi, jadi susah masuknya," ujar Ekky.

Saat ini, pemilik ijazah S1 Fakultas Hukum dari universitas swasta di Jakarta itu menjalani pekerjaan sebagai konsultan hukum di rumahnya. Namun, pekerjaan tersebut tidak dilakukan secara penuh.

"Ya, paling nanti saya atur waktu lagi. Habis antar anak sekolah, bisa buat ngojek. Kantin ada suami sama pegawai yang jaga. Kalau konsultan kan enggak setiap hari ada," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com