Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD DKI Semprot Perwakilan MRT dalam Rapat KUA-PPAS

Kompas.com - 14/09/2015, 13:34 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Anggaran DPRD DKI bersama Tim Anggaran Percepatan Daerah (TAPD) kembali melaksanakan rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran–Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016. Kali ini, Banggar DPRD membahas pemberian penyertaan modal perusahaan (PMP) untuk badan usaha milik daerah (BUMD).

Pada kesempatan pertama, Direktur Keuangan PT Mass Rapid Transit (MRT) Tuhiyat memaparkan mengenai rencana kegiatan serta permintaan PMP MRT kepada Pemerintah Provinsi DKI sebesar Rp 149 miliar.

"Itu berdasarkan Perda No 8 Tahun 2013, Pak. Itu digunakan murni untuk konstruksi dan kajian, Pak," ujar Tuhiyat di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Senin (14/9/2015).

Tuhiyat pun menjelaskan mengenai target penyerapan yang berasal dari dana hibah di luar PMP. Akan tetapi, bukan hal itu yang menjadi fokus permasalahan yang dibidik Banggar DPRD.

Ternyata, sejak tahun 2013, banyak anggaran PMP milik MRT dari Pemprov DKI yang tidak terpakai secara menyeluruh. Hal itulah yang dipermasalahkan Banggar.

Pada tahun 2013, MRT mendapat PMP sebesar Rp 111 miliar. Tahun 2014, MRT mendapat PMP sebesar Rp 125 miliar.

Tahun 2015, MRT mendapat PMP sebesar Rp 121 miliar. Dana anggaran yang didapat MRT dari dana PMP Pemprov DKI tidak habis secara menyeluruh.

Anggota Banggar pun merasa aneh jika MRT kembali meminta dana anggaran hingga Rp 149 miliar. Mendengar penjelasan itu, pimpinan Banggar DPRD, Ferrial Sofyan, mencoba mempertanyakan berapa dana sisa PMP yang diterima MRT sejak tahun-tahun lalu.

"Kalau besaran PMP dalam perda itu ada-lah batasannya, Pak, tetapi bukan kewajiban pemerintah untuk memberikan. Misalnya, di perda itu diberi alokasi untuk MRT maksimal Rp 8 miliar, itu bukan artinya Bapak wajib menerima itu. Daripada masuk ke dana Bapak, mending ke yang lain yang lebih perlu. Uang yang sudah Bapak tumpuk dari tahun lalu ada berapa? Berapa, Pak? Berapa?" ujar Ferrial.

Tuhiyat mengatakan bahwa sisa dana PMP pada tahun sebelumnya yang saat ini ada di MRT sekitar Rp 200 miliar.

Rencananya, uang tersebut akan digunakan untuk membangun kantor operasional. Akan tetapi, Tuhiyat tidak bisa menjawab ketika Banggar mempertanyakan rencana pembangunan kantornya.

Banggar pun kecewa karena tidak bisa mendapatkan jawaban. "Ini waktu kita terbatas. Kalau BUMD belum siap kayak begini, enggak usah ke kami dululah. Apalagi yang jawab bukan bos-bosnya, jadi enggak bisa jawab pertanyaan kami. Enggak usah Bapak tampilkan, Pak. Buang-buang waktu saja," ujar Ferrial.

Akhirnya, pimpinan Banggar lain, Mohammad Taufik, mencoba mencari jalan tengah. Dia memutuskan untuk menunda terlebih dahulu penetapan pemberian PMP kepada MRT sampai BUMN tersebut menyerahkan catatan hasil audit anggaran sejak 2013.

Banggar DPRD ingin mengetahui, dana anggaran PMP yang diterima MRT selama ini dipakai untuk apa saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com