Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 2,5 Bulan di Bekasi Menderita Tumor di Wajah

Kompas.com - 16/09/2015, 15:57 WIB
BEKASI, KOMPAS.com — Bayi berusia 2,5 bulan, Muhammad Alif, asal Kampung Kaliulu, Desa Tanjungsari, Cikarang Utara, Bekasi, menderita tumor sejak usia satu bulan. Kini tumor di dahinya itu sudah semakin membesar.

"Muncul benjolan sekitar umur satu bulanan, sekecil bola pingpong tadinya, sekarang makin gede," ujar Herwin Sunarman, kakak orangtua Alif, kepada Kompas.com, di kediaman orangtua Alif, Rabu (16/9/2015).

Menurut Herwin, bayi dari pasangan Iwan (22) dan Wanah (28) itu selalu menangis setiap tumornya akan semakin membesar. "Tiap mau ada perubahan, dia menangis biasanya, sampai kejang-kejang," ujarnya.

Wanah hanya mengiyakan. Sambil menggendong Alif, ia hanya diam dan tidak banyak bicara. Sesekali ia menenangkan Alif yang menangis.

Benjolan tumor di wajah Alif kini sudah menutupi hampir seluruh mata dan hidung kanannya, sedangkan mata dan hidung kirinya baru tertutup sebagian kecil. Tumor itu tampak membentuk dua benjolan besar di dahinya.

Meski kini tumor yang diderita Alif makin membesar, keluarga Alif mengaku bayi itu tidak sedang dalam pengobatan apa pun. Kondisi ekonomi menjadi penyebab tidak dilakukan pengobatan tersebut.

Sempat hendak berobat

Menurut Herwin, orangtua Alif dan keluarganya sempat membawa Alif ke puskesmas untuk berobat. Puskesmas pun merujuknya ke salah satu rumah sakit di Cikarang.

"Waktu diperiksa masih sekitar sepertiganya-lah (dari kondisi saat ini). Kata dokter harus segera ditangani, dioperasi, kalau enggak bisa makin menyebar (tumornya)," kata Herwin.

Saat hendak mengobati Alif beberapa waktu lalu, Herwin menyebut pihak rumah sakit meminta DP (down payment) sebesar Rp 5.000.000. Namun, keluarga tidak memiliki uang sebanyak itu.

"Waktu itu langsung diminta DP Rp. 5.000.000. Kita bilang kita enggak ada uangnya. Selang (beberapa waktu) kemudian katanya ruangan penuh, harus dirujuk, alatnya juga kurang lengkap juga. Padahal, mungkin karena kita orang enggak punya," kata dia.

Uang DP tersebut diminta sebab orangtua Alif tidak memiliki satu pun jaminan kesehatan. Menurut dia, saat akan membuat BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan, orangtua Alif tidak memiliki uang.

"Kan waktu itu mau bikin BPJS, diminta uang Rp 700.000 sama orang puskesmas. Jangankan buat bikin BPJS, buat sehari-hari saja susah," kata Herwin.

Berharap bantuan

Karena tidak memiliki biaya untuk operasi tumor di wajah Alif, orangtua dan keluarga Alif kini berharap Pemerintahan Bekasi maupun pihak-pihak lain dapat memberikan bantuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com