Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bidaracina Merasa Ditakut-takuti agar Mau Direlokasi

Kompas.com - 05/10/2015, 13:20 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa waktu lalu, pejabat setempat mengatakan, lebih dari 121 kepala keluarga (KK) di Bidaracina sudah setuju untuk direlokasi ke rusun. Namun, warga menyatakan, mereka mau direlokasi karena merasa ditakut-takuti oknum pejabat kelurahan dan kecamatan.

Hal itu dikatakan Ketua RT 07 RW 14 Bidaracina, Yusuf (56). Menurut Yusuf, oknum pejabat kelurahan dan kecamatan menakuti warga dan meminta mereka untuk segera mengambil rusun. Jika tidak, warga yang tak mengambil rusun akan kebagian rusun yang jauh di Pulogebang.

"Jadi, orang ditakut-takutin sama camat, lurah, sudah enggak diganti, lebih baik ambil saja rumah susun. Bahkan, oknum dari pejabat lurah ada yang ke sini geriliya, membujuk warga untuk pindah ke rusun," kata Yusuf kepada Kompas.com di rumahnya, Senin (5/10/2015).

Yusuf menyayangkan tindakan oknum pejabat pemerintahan yang bertindak membujuk warganya pindah ke rusun, tanpa sepengetahuan dirinya. Sebab, dalam mekanisme aturannya, warga yang dipindah ke rusun mesti mendapat persetujuan RT dan RW.

"Nah, saya itu enggak tahu. Kenapa enggak izin RT dulu," ujar Yusuf. Ia mengaku sudah meminta warganya untuk tidak mengambil jalan sendiri. [Baca: Camat Jatinegara: 121 KK Bidaracina Bersedia Direlokasi]

Yusuf menambahkan, karena pernyataan dan bujukan dari pejabat pemerintahan, dia mengatakan, secara psikologis, warganya menjadi takut sehingga memilih mengambil rusun.

"Saya bilang boleh saja kamu sah ambil rusun, tetapi kamu harus tahu, rusun sewa. Bisa kamu yang enggak punya utang, jadi kayak punya utang (bayar sewa)," ujar Yusuf.

Yusuf mengatakan, sebagian besar warganya mencari nafkah dengan berdagang kecil-kecilan di depan rumah, misalnya menjual gorengan dan lain-lain. Jika dipindah ke rusun, dia khawatir warga tidak mampu membayar sewa karena belum tentu bisa berdagang di depan rumah.

"Katanya kalau di rusun dagangnya itu kan di bawah, tetapi itu juga mesti ngurus izin," ujarnya.

Sementara itu, Joko (57), warga RT 10 RW 04 Bidaracina, mengatakan, pengajuan rusun tanpa persetujuan RW dan RT tidak sah. Namun, dia memperkirakan pejabat pemerintah melewatkan hal ini supaya warga cepat pindah ke rusun.

"Padahal, dalam pengajuan rumah susun, di situ perjanjian mereka harus diketahui RT dan RW. Tetapi, ini enggak, berarti hukumnya enggak sah," ujar Joko.

"Sebab warga dibilang, 'Kalau kamu enggak ambil rusun, nanti kamu kayak (Kampung) Pulo, diancurin. Terus nanti rumah kamu dikasih yang jauh di Pulogebang,'" ujar Joko.

Joko mengatakan, dalam posisi psikologis warga yang takut, akhirnya sebagian, menurut dia, ada yang sudah mengambil kunci rusun. Warga yang sudah mengambil, lanjutnya, mau tak mau harus secepatnya pindah ke rusun.

"Mereka yang sudah ambil kunci diberi waktu kan dua minggu untuk pindah. Kalau tidak dianggap hangus," ujar Joko.

Adapun berdasarkan catatan Kompas.com, terakhir, sebanyak 121 keluarga disebut-sebut telah bersedia untuk direlokasi ke rusun. Namun, warga enggan direlokasi jauh ke Rusun Pulogebang. Warga meminta untuk direlokasi ke Rusun Cibesel yang lebih dekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com