"Saya secara pribadi apresiasi Pak Jokowi. Pak Jokowi bagaimanapun juga adalah the man of action. Dia ngeberesin langsung Waduk Pluit, pindahkan warga ke rumah susun, kemudian pasar malam Jakarta Night Festival," ujar Sani (sapaan Triwisaksana) di gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Kamis (8/10/2015).
"Tapi Pak Ahok ini banyakan wacananya daripada hasilnya," ujar dia.
Sebetulnya, kata Sani, perencanaan pembangunan sudah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2012-2017. Ahok (sapaan Basuki) tinggal membuat program mengacu kepada RPJMD tersebut.
Akan tetapi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang dibuat dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), seringkali meleset jauh dari RPJMD. Akhirnya, recana jangka menengah itu banyak yang tidak tercapai.
Sani memberi contoh, dalam RPJMD 2012-2017, seharusnya nilai APBD DKI tahun 2016 mencapai Rp 90 triliun. Akan tetapi pada kenyataannya, APBD untuk tahun depan malah dikurangi menjadi kurang dari Rp 60 triliun. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya, Pemrpov DKI tidak mampu menyerap anggarannya yang besar.
"Itu kenapa di KUA-PPAS 2016, Banggar memangkas lebih dari Rp 10 triliun dalam pembahasannya. Itu sangat terkait juga dengan pembebanan masyarakat melalui pajak dan tentunya menakar kemampuan penyerapan DKI yang sejauh ini sangat lemah, paling lemah dibanding provinsi yang lain," ujar Sani.
Sani mengatakan, jika ada pengamat yang membedah RPJMD DKI 2012-2017, pasti akan menemukan banyak program yang tidak terealisasi. Apalagi dalam skala tahunan, menurut Sani, penyerapan anggaran sudah bisa menjadi indikator keberhasilan Pemprov dalam jangka satu tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.