BEKASI, KOMPAS.com — Selayaknya sebuah negara, Kota Bekasi memiliki Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Bekasi.
Namun, bila diamati, kantor yang bermarkas di Jalan Raya Jatikramat Nomor 2A, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, ini lebih mirip tempat nongkrong.
Kantor kedubes ini berbeda dengan negara-negara sahabat di Jakarta yang dilapisi pengamanan gedung ekstra ketat.
Tempat ini disebut mirip tempat nongkrong karena dipenuhi jajanan yang dijajakan dengan gerobak. Di sana juga banyak anak muda yang condong ke dunia seni dan budaya.
"Kedubes Bekasi ini memang dijadikan wadah kumpulnya anak-anak muda pencinta seni dan budaya," ujar Fithor Faris (34), penggagas Kedubes Bekasi, Kamis (19/11/2015).
Fithor menjelaskan, Kedubes Bekasi bukanlah kantor perwakilan diplomatik suatu negara, tetapi nama tempat berkumpulnya beberapa komunitas anak muda pencinta seni dan budaya di Bekasi.
Disahkan Wakil Wali Kota Bekasi
Awalnya, komunitas tersebut bernama komunitas Pede Gede Kreatif yang dibentuk pada awal 2014 lalu.
Namun, pertengahan tahun 2015, nama itu diubah menjadi Kedubes Bekasi.
Bahkan, komunitas ini disahkan oleh Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu pada 1 November 2015.
Fithor memilih nama itu karena dia tak tahan Bekasi kerap di-bully (diejek) oleh masyarakat melalui media sosial. Menurut dia, ejekan itu sangat berlebihan dan menyakitkan karena Bekasi juga merupakan daerah di Indonesia.
Dia mencontohkan, Bekasi kerap diejek sebagai planet luar angkasa karena suhu di Bekasi sangat panas. Ditambah lagi, arus lalu lintas Bekasi selalu macet. "Nama Kedubes Bekasi ini untuk membalas sindirian bahwa Bekasi merupakan planet luar atau negara luar," kata Fithor.
Meski baru disahkan, komunitas ini telah memiliki agenda rutin yang berlangsung satu hingga tiga kali setiap bulan. Misalnya, pembacaan puisi, seni ilustrasi, musik, pembuatan komik, literasi diskusi, pelatihan pembuatan puisi, seni lukis, serta seminar pengusaha muda (entrepreneurship).
"Kami juga menggandeng komunitas Gara Rupa yang fokus pada kreativitas desain. Diharapkan, makin banyak komunitas yang nongkrong bareng di sini," ucapnya.
Ide Fithor untuk membangun wadah komunitas seni dan budaya rupanya tak main-main. Pria lulusan magister di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) 2013 lalu ini berencana membangun sebuah galeri di lahan seluas 1.000 meter persegi di sana.