Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Perombakan Kepala Dinas Refleksi Kekecewaan Ahok"

Kompas.com - 27/11/2015, 08:23 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Komisi A Bidang Pemerintahan, Syarif, mengomentari mutasi kepala dinas yang rencananya dilakukan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama pada hari ini.

Dia mendengar kabar bahwa kepala dinas yang dicopot adalah kadis yang ketahuan melakukan pemborosan anggaran saat Basuki menyisir isi Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016.

"Katanya disebabkan 'main anggaran', mungkin bagus menurut Pak Ahok (sapaan Basuki). Mungkin ini yang dia bilang bersih-bersih," kata Syarif ketika dihubungi, Jumat (27/11/2015).

"Sekilas memang bagus, tetapi kalau dicermati perombakan ini tidak punya indikator yang jelas." 

Syarif mengatakan, kepala dinas belum tentu berniat melakukan pemborosan anggaran.

Pemborosan itu juga belum terlaksana karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2016 belum disahkan dan masih dibahas.

Menurut Syarif, Basuki seharusnya fokus terlebih dahulu sampai APBD 2016 disahkan.

Pergantian kepala dinas yang terjadi sebulan sebelum pengesahan dikhawatirkan akan menghambat pembahasan KUA-PPAS yang belum selesai.

Sebab, kepala dinas yang baru harus mempelajari kembali anggaran yang telah disusun dan harus bisa menjelaskan rancangan anggaran SKPD yang baru dia pimpin kepada Banggar DPRD.

Seharusnya, kata Syarif, Ahok menunggu hingga tahun anggaran 2015 berakhir jika ingin merombak kepala dinas.

"Kalau kita perhatikan perombakan ini refleksi dari kekecewaan Ahok, bukan atas dasar pertimbangan obyektif."

"Menurut saya, Pak Ahok reaksional terlalu cepat bereaksi, mestinya diklarfikasi dulu secara tuntas baru diberikan tindakan dalam bentuk peringatan tegas dan keras, bukan mencopot begitu," ujar dia.

Namun, Syarif mengatakan, perombakan kepala dinas merupakan hak seorang gubernur. Jika Ahok ingin merombak pimpinan SKPD-nya, Syarif mengakui tidak ada yang berhak melarang.

"Namun, semua kembali kepada Gubernur. Itu hak mutlak Gubernur mengganti atau mempertahankan kedudukan SKPD. Padahal, mereka katanya hasil seleksi yang sering disebut hasil pilihan yang terbaik kan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com