Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Sejarahnya, Pelintasan Sebidang Hanya Boleh Dilintasi Hewan

Kompas.com - 07/12/2015, 13:27 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Perkeretapian Kementerian Perhubungan Hermanto mengungkapkan sejumlah alasan pelintasan sebidang wajib ditutup.

Menurut Hermanto, dalam sejarahnya pelintasan sebidang bukan difungsikan untuk kendaraan. Ia menyebut adanya palang pintu di pelintasan sebidang hanya bertujuan mencegah adanya hewan saat kereta lewat.

"Filosofi pintu perlintasan dahulunya ialah supaya hewan tidak lewat. Filosofinya sama kaya pagar di jalan tol. Pagar di jalan tol kan sebenarnya hanya untuk mencegah supaya hewan enggak lewat," kata Hermanto di kantornya, Senin (7/12/2015).

"Jadi, masa manusia kalah sama hewan," kata dia lagi.

Hermanto mengatakan secara peraturan undang-undang, tidak ada keharusan bagi kereta menyesuaikan kondisi volume kendaraan di pelintasan sebidang yang akan dilaluinya.

Karena kendaraan-kendaraan yang melewati pelintasan itulah yang harus menyesuaikan diri dengan perjalanan kereta.

"Karena pintu sebidang itu hanya memastikan keamanan perjalanan kereta, bukan untuk kendaraan yang mau lewat. Yang mau lewat yang wajib hati-hati," ujar dia.

Hermanto mengatakan paling lambat pada 2019 mendatang, layanan kereta rel listrik (KRL) commuter line ditargetkan sudah bisa mengangkut 1,2 juta orang per hari.

Untuk mencapai target tersebut, ia menyebut jumlah perjalanan kereta, terutama di jam-jam sibuk akan semakin banyak.

Hermanto mengatakan bertambahnya jumlah perjalaman kereta akan berdampak terhadap mengecilnya "headway" atau selisih keberangkatan kereta yang satu dengan yang lain.

"Nanti kereta bisa lewat setiap 3 menit. Makanya enggak bisa kalau masih buka tutup. Harus ditutup. Makanya perlu kerja sama dengan Pemda," ucap Hermanto.

Pelintasan sebidang di Jakarta sudah sering menjadi lokasi kecelakaan antara kereta dan kendaraan non-kereta.

Data Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta mencatat saat ini ada 55 pelintasan sebidang yang ada di seluruh Jakarta.

Usai kejadiaan tabrakan antara KRL dan transjakarta di Jalan Panjang, PT KAI langsung mengusulkan kepada Pemprov DKI agar menutup pelintasan tersebut.

Caranya adalah dengan mempercepat pembangunan jalan layang dan terowongan, dan menutup pelintasan sebidang yang sudah dilengkapi jalan layang dan terowongan.

Namun, selang seminggu, kecelakaan di pelintasan sebidang kembali terjadi. Kali ini melibatkan KRL dan metromini di pelintasan sebidang Tubagus Angke, Minggu (6/12/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com