Menurut Basuki, hal itu dilakukan agar turis domestik maupun asing lebih tertarik untuk mengunjungi Museum Fatahillah.
"Ini benar, acara itu bikinnya di sini bukan di dalam sana. Jadi, warga bisa bebas berjalan. Tidak ada pedagang kaki lima (PKL) dan kami atur pedagangnya dipindah," kata Basuki saat menghadiri acara penandatanganan perjanjian kredit secara massal kepada 200 PKL di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat (18/12/2015) pagi.
Lokasi acara yang dihadiri Basuki bukan di Plaza Museum Fatahillah, Kota Tua, melainkan di plaza depan Museum Seni Rupa dan Keramik, Kota Tua, Jakarta Barat, tepatnya di sisi Timur Museum Fatahillah.
"Orangtua enggak ada yang mau anak cucunya mati dan anak-anak kalau diatur pasti marah sama orangtua. Anak-anak kadang-kadang keenakan bermain di hal yang salah dan membuat salah paham sama orangtua. Itu juga PKL sering salah paham sama kami," kata Basuki.
Jika PKL tidak ditertibkan, turis-turis tidak akan datang. Sebab, turis-turis sulit berjalan di tengah pedagang sehingga pedagang harus ditertibkan dan dipindah ke tempat lain, seperti di Jalan Cengkeh, Jalan Tongkol, dan lain-lain.
Tak hanya itu, Basuki juga memaksa pengunjung Kota Tua untuk parkir di kawasan tersebut.
"Agar warga bisa beli makan, minum di sana. Ada yang protes sama saya, 'masa plaza di situ enggak boleh buat acara?' Saya bilang buat apa ada acara di sana? Apa yang mau dilihat? Kota Tua itu selama ini isinya pedagang nongkrong," kata Basuki.