Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budayawan Sesalkan Aksi "Sweeping" Ormas Keagamaan terhadap Dedi

Kompas.com - 29/12/2015, 17:24 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Budayawan Radhar Panca Dahana menyesalkan tindakan sweeping yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) saat acara penganugerahan Federasi Teater Indonesia (FTI) berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM).

Menurutnya, tindakan dari organisasi berlatar belakang agama itu menimbulkan kecemasan di masyarakat, khususnya untuk mereka yang berprofesi di bidang budaya.

"Kalau dulu represif terhadap kegiatan kebudayaan vertikal dari penguasa, sekarang malah horizontal, dari kalangan masyarakat atau organisasi yang ada di tengah-tengah kehidupan kita. Ini jelas sudah mencemaskan," kata Radhar di kawasan TIM, Jakarta, Senin (28/12/2015).

Radhar menuturkan, apa yang dilakukan organisasi berlatar belakang agama yang melakukan sweeping di tengah acara kebudayaan tak bisa dibiarkan. Menurut dia, masyarakat Indonesia telah memiliki wilayah masing-masing, di bidang ekonomi, politik, agama, termasuk kebudayaan.

Apa yang terjadi pada malam tersebut, lanjut Radhar, harus dijadikan pelajaran penting, khususnya jika ingin memajukan kebudayaan. Menurut dia, jika dibiarkan, hal ini akan menjadi preseden yang buruk.

"Kecemasan ini diciptakan oleh bangsa kita sendiri. Ada tindakan melakukan pembusukan yang menghancurkan bangsa sendiri. Kekuatan agama jangan menekan budaya," tuturnya.

Masih kata Radhar, dirinya berpesan agar siapa pun mereka yang berorganisasi dengan latar agama tidak memaksakan hukum sendiri. Selama budaya tidak bertentangan dengan hukum legal formal Indonesia, menurut dia, hendaknya perbedaan patut dihargai.

"Tak usah usik kerja orang lain. Bangsa berada jangan membuat kesan agama sepelekan budaya. Agama besar karena budaya," ujarnya.

Satu hal yang ingin ditegaskan Radhar adalah harapan adanya jaminan dari pihak kepolisian agar acara-acara kebudayaan dapat berlangsung tanpa adanya gangguan. Ini karena, menurut dia, polisi tidak boleh kalah dari organisasi-organisasi yang justru berpotensi mengancam keamanan dan ketertiban.

"Buat saya, acara ini ada yang sabotase. Pihak keamanan tidak menghargai kebudayaan," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, setiap pengendara yang hendak masuk ke Taman Ismail Marzuki, khususnya mobil, diminta membuka kaca oleh sejumlah anggota ormas keagamaan yang berdiri di depan pintu masuk.

Rupanya, anggota ormas tersebut sedang melakukan sweeping terhadap seluruh pengunjung TIM. Para anggota ormas yang mengenakan atribut serba putih dan mengenakan peci tersebut mencari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang akan menghadiri acara Malam Anugerah Federasi Teater Indonesia di kawasan TIM.

Pengurus FPI (Front Pembela Islam), Abdul Majid, membenarkan bahwa pihaknya melakukan sweeping terhadap pengunjung TIM. Dia mengatakan, hal itu dilakukan untuk memastikan agar Dedi tak menginjakkan kaki di Jakarta.

"Ini bukan cuma FPI, melainkan seluruh masyarakat Muslim dari Cikini, Kwitang, Kalipasir, dan sekitarnya. Kami menolak Dedi Mulyadi menginjakkan kaki di tanah Jakarta," kata Abdul.

Abdul menuturkan, pihaknya sudah tidak dapat menoleransi tindakan Dedi yang telah membawa tindakan syirik di Purwakarta. Menurut pihaknya, Dedi telah membuat seribu patung yang telah mendekati perbuatan syirik.

"Kalau mau damai, stop kebijakan musyrik itu. Hancurkan patung di Purwakarta," kata Abdul. (Muhammad Zulfikar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com