Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecewa Masuk Kawasan JIEP Mesti Bayar, Warga Minta Tolong ke Ahok

Kompas.com - 04/01/2016, 18:09 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ratusan warga memblokade jalan akses masuk menuju Kawasan Industri Pulogadung (KIP) yang dikelola PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung di Jakarta Timur setelah pengelola menerapkan kebijakan sistem masuk berbayar, Senin (4/1/2016).

Warga yang kecewa dengan kebijakan pengelola ini meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membantu warga menyelesaikan solusi masalah tersebut.

"Kami minta Pak Ahok untuk bantu warga terkait masalah ini. Kami minta kebijakan itu dihapus," kata Ketua Forum RW Kelurahan Jatinegara, Khaerudin, kepada Kompas.com, Senin (4/1/2016).

Sebab, Khaerudin melanjutkan, penerapan itu nantinya akan mempersulit warga yang memanfaatkan jalan di kawasan KIP untuk beragam aktivitas, misalnya menuju sekolah, puskesmas, rumah sakit, dan pasar.

"Kami kecewa dengan pemberlakuan pembayaran ini. Masa, kami harus bayar kalau lewat? Padahal, karyawan sana kalau lewat jalan lingkungan kami sampai bikin macet bertahun-tahun tidak kami persoalkan," ujar Khaerudin.

Khaerudin juga membantah kalau pihak PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) sudah menyosialisasikan informasi terkait sistem berbayar itu kepada warga.

"Sosialisasi yang mana," tanya dia. (Baca: Demo, Warga Tolak Penerapan Sistem Berbayar untuk Masuk Industri Pulogadung)

Dengan kebijakan itu, dia menganggap JIEP tidak memperhatikan warga di lingkungan sekitar. Terlebih lagi, ketika jalan rusak, yang berjuang untuk perbaikan, menurut dia, adalah para pengurus RW atau pengurus warga. Mereka yang mengajukan permohonan dalam musrembang dengan pihak pemda.

"Perbaikan jalan itu kami mesti nunggu lewat dana APBD," ujarnya.

Dengan hal ini, dia berharap bahwa pihak JIEP mengundang mereka lagi untuk melakukan pembahasan bersama atas masalah tersebut.

Sebelumnya, ratusan warga Kelurahan Jatinegara di Cakung berdemo di sekitar kawasan KIP. Demo dilakukan terkait penerapan sistem berbayar di kawasan tersebut.

Sekretaris Perusahaan PT JIEP Asrul Waryanto menjelaskan bahwa penerapan sistem berbayar ini merupakan program lama yang sudah direncanakan oleh JIEP. Penerapan itu dilatarbelakangi kondisi bahwa kawasan JIEP selama ini terlalu bebas untuk diakses sehingga kerap disalahgunakan.

"Antara lain karena itu, karena memang kawasan menjadi sangat terbuka," kata Asrul dalam wawancara terpisah (Baca: Ini Penjelasan PT JIEP soal Sistem Masuk Kawasan Industri Pulogadung yang Berbayar)

Asrul mencontohkan, akibat akses yang terbuka itu, usaha parkir liar pun muncul, demikian halnya dengan warung remang-remang. Misalnya, kawasan hutan kota di tengah JIEP kini justru dimanfaatkan oleh pengemudi truk untuk parkir kendaraan secara liar.

"Kami ingin yang tidak berkepentingan akan berpikir lagi untuk masuk," ujar Asrul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com