Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Warga Rusun Marunda Pilih Naik Bus "Feeder"

Kompas.com - 18/01/2016, 17:20 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagian besar penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, menyambut baik adanya bus pengumpan atau feeder transjakarta.

Bus dengan rute Marunda-Tanjung Priok itu mulai dinaiki oleh warga yang berangkat kerja maupun yang sekadar ingin mencoba berkeliling saja.

Seorang warga rusun, Bekti (38), baru mencoba bus tersebut, siang tadi. Biasanya, Bekti berangkat kerja dari rusun miliknya di Blok B dengan sepeda motor atau naik angkutan umum yang dikelola oleh Koperasi Wahana Kalpika (KWK) Nomor 23 dan 05.

Jika Bekti menggunakan angkutan umum, dia harus mengeluarkan uang minimal Rp 8.000 untuk dua kali naik angkutan umum hingga sampai ke Terminal Tanjung Priok.

Setelah itu, dia masih perlu membayar Rp 3.500 lagi untuk naik bus transjakarta ke tempat kerjanya di kawasan Matraman, Jakarta Timur.

"Keluar duit Rp 11.500, kalau naik ini (bus pengumpan), bisa hemat Rp 8.000. Enggak capek lagi. Memang kalau naik motor sih lebih cepat, tetapi kalau ada bus kayak gini, bagus juga," kata Bekti kepada Kompas.com, Senin (18/1/2016).

Penghuni rusun lain, Ayu (29), sengaja mengajak anaknya yang baru pulang sekolah untuk menjajal bus pengumpan.

Ketika baru masuk ke dalam bus, Ayu dengan ibu-ibu di sana banyak berkomentar terkait kondisi di sana dan pesan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dia dengar saat peresmian bus pengumpan, kemarin.

"Ini mah kayaknya bukan bus baru, ya. Ini kayak sudah dipakai di mana gitu, terus dipakai lagi di sini," tutur Ayu.

"Enak juga naik ini, enggak usah naik angkot lagi. Naik ini saja, ada AC-nya, he-he-he," ujar Ayu lagi.

Pantauan Kompas.com, sejak siang hingga sore ini, cukup banyak warga Rusun Marunda yang menunggu untuk mencoba bus pengumpan di halte yang terletak persis di depan masjid.

Mulai dari pelajar hingga orang dewasa, tampak antusias mengetahui rasanya naik bus berwarna biru dan putih tersebut.

Sebelum ada bus pengumpan, pilihan layanan transportasi di Rusun Marunda hanya mengandalkan tukang ojek dan angkot KWK.

Ada kesepakatan tertentu antara sopir angkot dan tukang ojek sehingga warga terkadang tidak bisa memilih keduanya dalam waktu bersamaan.

Tukang ojek di Rusun Marunda memasang tarif cukup mahal. Dari kawasan rusun menuju jalan besar depan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang jaraknya sekitar satu kilometer, tarifnya dipatok Rp 10.000. Tarif tersebut dinilai mahal oleh penghuni rusun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Anggota DPRD Pertanyakan Besaran Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik 'Saudara Frame' Tinggal di Lantai Tiga Toko

Tewas Terjebak Kebakaran, Keluarga Pemilik "Saudara Frame" Tinggal di Lantai Tiga Toko

Megapolitan
Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Sayur-mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com