Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Majikan Diduga Otak Penganiayaan dan Penyekapan PRT di Matraman

Kompas.com - 09/02/2016, 17:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemilik sebuah rumah di Jalan Moncokerto, RT 14 RW 12 Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur, Meta Hasan Musdalifah (40), diduga menjadi otak kasus penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) bernama Ani (20).

Sebelumnya, Ani melarikan diri setelah mendapat penganiayaan parah di tempatnya bekerja. Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan sementara polisi terhadap korban.

"Otak (penganiayaan)-nya majikan korban yang namanya MHM, umurnya sekitar 40 tahun," kata Kepala Polsek Matraman Komisaris Suyoto di Mapolsek Matraman, Selasa (9/2/2016).

Polisi saat ini sedang mencari Meta lantaran saat digerebek rumahnya, yang bersangkutan sedang tidak berada di tempat. Jika tak ketemu, polisi bisa menerbitkan daftar pencarian orang (DPO) atas pelaku.

"Kita upayakan cari dulu (Meta). Kalau tidak ketemu, kita terbitkan DPO," ujar Suyoto.

Selain Meta, seorang pembantu pria lain, yakni Ari (21), juga ditangkap polisi. Ari diduga ikut terlibat bersama majikannya menganiaya Ani. (Baca: Dengan Tubuh Babak Belur, Seorang PRT Laporkan Penganiayaan oleh Majikannya)

"Jadi dari BAP sementara korban, pelakunya majikannya dan pembantu laki-lakinya itu. Sementara korban tidak bisa kita minta keterangan banyak karena sedang dirawat di RS Polri dan divisum," ujar Suyoto.

Suyoto membenarkan bahwa penganiayaan memang sudah berlangsung cukup lama. Penganiayaan terakhir yakni pada Senin tanggal 8 Februari 2016 pukul 16.00. Hal ini yang membuat Ani melarikan diri dari rumah setelah mendapat kesempatan untuk kabur.

"Tadi pagi korban sempat bisa keluar dari rumah, kemudian melompat pagar dan oleh warga dibawa ke Pospol Kebon Sirih, kemudian ke sini," ujar Suyoto.

Sebelumnya, Ani melarikan diri dari rumah majikannya dan mengaku dianiaya majikannya. PRT perempuan tersebut dalam kondisi babak belur dan mengalami sejumlah luka lebam, bengkak, serta bekas kekerasan benda tumpul mulai dari bagian kepala, telinga, hidung, bibir, dan beberapa bagian tubuh lainnya.

Kepada petugas yang memeriksa, perempuan tersebut mengaku mendapat kekerasan fisik yang cukup serius, mulai dari dipukul dengan sapu, sandal, disiram air panas, dan disetrika.

"Di siram air panasnya sudah lama, di dada sini. Kalau salah disiram air panas, dan perut saya ada bekas setrika," kata perempuan tersebut, Selasa siang.

Dari rumah majikannya, ia kabur dengan melarikan diri dengan memanjat keluar dari rumah. Perempuan ini tampak ketakutan. Dia akan divisum dan kasus ini sedang ditangani oleh polisi. (Baca: Di Rumah Majikan PRT yang Babak Belur, Polisi Temukan Bekas Noda Darah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com