Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Tertibkan Kalijodo, Ahok Diminta Belajar dari Pengalaman di Kramat Tunggak

Kompas.com - 15/02/2016, 15:19 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pernah menorehkan keberhasilan saat menata lokasi prostitusi Kramat Tunggak yang kini sudah menjadi Jakarta Islamic Centre, sebuah lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Jakarta.

Saat itu, langkah yang ditempuh sangat terencana dan dilakukan secara pelan tetapi pasti. Salah satu anggota Tim Kajian Pembongkaran Kramat Tunggak, Ricardo Hutahean (40), menceritakan bagaimana cara yang dipakai hingga hampir tidak ada bentrok saat menutup Kramat Tunggak.

Pada waktu itu, banyak sekali yang menggantungkan kehidupannya pada Kramat Tunggak, baik mereka yang bekerja di dalam maupun di sekitar sana. (Baca: Tertibkan Kalijodo, Ahok Disarankan Tiru Risma yang Tutup Dolly)

"Pertama-tama, kita lihat dulu, kenali daerah di sana seperti apa, bagaimana kehidupan mereka yang bekerja di sana, jangan bawa-bawa TNI atau Polri dulu," kata Ricardo saat ditemui Kompas.com di kediamannya, RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Senin (15/2/2016).

Proses identifikasi dan pendalaman di Kramat Tunggak tidak dilakukan secara instan. Perlu proses hingga bertahun-tahun lamanya untuk mendekati pekerja di sana sekaligus berupaya mengubah mindset mereka, dari yang sudah terbiasa mendapat uang banyak dalam waktu singkat hingga beralih ke pekerjaan yang normal.

"Pendekatannya itu lima tahun, loh. Waktu itu dipakai dan melibatkan semua pihak, pemerintah dan non-pemerintah. Saya ingat sekali waktu itu biarawan pada live in di sini. Mereka bolak-balik kasih penyuluhan dan pelatihan, latihan menjahit, macam-macam," tutur Ricardo.

Setelah masuk lebih dalam ke kehidupan di Kramat Tunggak, pemerintah saat itu juga memberikan solusi yang tepat. Bahkan, preman-preman di sana tidak ada yang melawan saat Kramat Tunggak dibongkar berkat pendekatan dan cara komunikasi yang baik.

Masalah serupa kini dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berencana menertibkan lokalisasi di Kalijodo. (Baca: Mengenang Kramat Tunggak, Lokalisasi Prostitusi di Jakarta)

Wacana penertiban Kalijodo sudah ada sejak lama, tetapi kembali mencuat setelah kecelakaan mobil Toyota Fortuner B 201 RFD yang dikendarai oleh Riki Agung Prasetio (24), Senin (8/2/2016).

Saat itu, Riki habis menenggak minuman keras di Kalijodo, lalu menabrak pengendara motor dalam perjalanannya ke Tangerang. Dalam kecelakaan itu, empat orang tewas, termasuk dua teman Riki yang bersamanya di dalam mobil.

Selang beberapa hari kemudian, Rabu (10/2/2016), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama langsung menyebutkan mau membongkar tempat hiburan di Kalijodo. Bahkan, hari ini, Basuki menargetkan pembongkaran Kalijodo ingin diselesaikan dalam bulan ini. (Baca: Pengemudi Fortuner: Saya Menyesal ke Tempat Hiburan Malam di Kalijodo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com