Dalam bukunya yang berjudul Geger Kalijodo, Direktur Reserse Kriminal Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti, turut menceritakan sosok Daeng Azis.
Buku ini diterbitkan pada 2004 dan berisi hasil penelitian Krishna untuk studi pascasarjana di Program Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia.
Berdasarkan buku tersebut, Azis ditangkap setelah ia menodongkan pistol ke arah Krishna
ketika penertiban berlangsung.
Saat penertiban 2002 itu, Krishna menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan. (Baca: Cerita Daeng Azis dalam "Geger Kalijodo" Karya Krishna Murti).
Kemudian, kasus Azis ini dibawa ke pengadilan. Azis lalu dijatuhi vonis tiga bulan penjara.
"Secara jujur, saya kecewa dengan putusan pengadilan yang terlalu ringan atas orang yang telah melawan petugas dan hampir saja menimbulkan keributan dalam skala yang luas di Kalijodo," tulis Krishna pada halaman 54 buku Geger Kalijodo.
Dalam buku itu, Krishna tidak menyebut langsung nama Azis. Ia menyebut tokoh Kalijodo itu dengan nama Bedul.
Belakangan, Azis sendiri yang mengakui bahwa Bedul itu adalah dirinya. (Baca: Daeng Azis, "Penyelamat" Kalijodo dari Berbagai Rencana Penertiban).
Berdasarkan cerita Krishna dalam bukunya, penangkapan terhadap Azis dilakukan sehari setelah penodongan terhadap dirinya.
Azis ketika itu ditangkap oleh satuan reserse kriminal Polres Metro Jakarta Utara. Polisi mengamankan sepucuk FN merek Fagarmy berikut dua butir peluru dalam penangkapan Azis.
"Ia kami tangkap dengan dasar penganiayaan dan kepemilikan senjata api ilegal. Ini menunjukan kepada kelompoknya bahwa tidak bisa seseorang main hakim sendiri dan bergaya koboi menenteng senjata api," ujar Krishna pada halaman 52 Geger Kalijodo.
Penodongan pistol yang dilakukan Azis kepada Krishna terjadi usai bentrokan yang melibatkan kelompok Azis dan kelompok pesaingnya pada suatu malam di tanggal 22 Januari 2002.
Bentrokan berawal dari perkelahian yang menyebabkan tewasnya seseorang bernama Udin, yang diketahui sebagai adik Azis. (Baca: Ketika Daeng Azis Mencari Haji Lulung).
Usai penodongan, Azis diketahui sempat dibiarkan lari. Menurut Krishna, situasi saat itu tak mendukung pihak kepolisian untuk langsung meringkus Azis.
"Saya katakan, saya lebih mementingkan peredaman keadaan ketimbang menangkap Bedul saat itu juga," tutur Krishna dalam bukunya.