JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa yang sangka, kejayaan bisnis prostitusi di Kalijodo berada di ujung tanduk saat sebuah kecelakaan terjadi di Jalan Daan Mogot arah Tangerang. Kecelakaan itu melibatkan seorang pemuda, Riki Agung Prasetio (24), pengendara mobil Toyota Fortuner, yang menabrak satu sepeda motor.
Sepeda motor itu dikendarai Zulkahfi Rahman dan istrinya, Nuraini. Mereka berdua tewas di tempat.
Tidak sampai di sana saja, mobil Fortuner Riki oleng ke kiri setelah menabrak sepeda motor, lalu mengenai tiang listrik, pohon, kemudian terguling ke tengah jalan. Di dalam mobil itu, dua teman Riki, Tatang Satriana dan Evi Riyanti, ikut tewas. Penyebab kecelakaan itu adalah karena Riki mengemudi dalam kondisi mabuk.
Dia mengaku baru saja pulang dari Kalijodo sebelum kecelakaan terjadi. "Saya nyeselnya kenapa harus ke Kalijodo," kata Riki di kantor Satlantas Wilayah Jakarta Barat, Senin (8/2/2016).
Di Kalijodo, Riki mengonsumsi minuman beralkohol hingga 10 gelas. Akibatnya, saat pulang, ia dalam kondisi mabuk akibat mengonsumsi minuman beralkohol hingga 10 gelas.
Ahok bereaksi
Kecelakaan itu ternyata menarik perhatian Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Perhatian Basuki bukan tertuju pada Fortuner ataupun korban. Melainkan fakta bahwa Riki baru pulang dari kawasan Kalijodo sebelum kecelakaan terjadi.
Dia menekankan, pihaknya segera membongkar kawasan tempat hiburan Kalijodo, Jakarta Barat. Padahal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang fokus menertibkan kawasan Waduk Pluit terlebih dahulu.
"Akan tetapi, pas saya baca berita (kasus) Fortuner segala macam, wah ini lebih baik kami bongkar sajalah. Di sana lebih banyak mudaratnya," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (10/2/2016).
Basuki mengatakan, Kalijodo itu merupakan ruang terbuka hijau sehingga harus dikembalikan lagi seperti semula. Rencananya, taman dan jalur pedestrian akan dibangun di Kalijodo.
"Kalau dibikin jalan kan bagus itu, dibikin taman pisang juga. Kami lagi hitung-hitungan saja ini," kata Basuki.
Geger Kalijodo
Cerita mengenai kawasan Kalijodo pun kembali disorot melalui buku karangan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti yang berjudul "Geger Kalijodo". Di sana diceritakan betapa Kalijodo menjadi sarang preman dengan tingkat pertahanan berlapis.
Kalijodo bahkan disebut sebagai ATM Nasional karena banyaknya oknum aparat yang kecipratan untung dari bisnis di kawasan itu.
Krishna bahkan mengaku, ia pernah ditodong dengan pistol oleh "pentolan" di kawasan Kalijodo, Abdul Azis. Situasi itu terjadi pada sekitar Januari 2002, ketika Krishna menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan dan dituangkan dalam bukunya, "Geger Kalijodo".