Adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan pasangan yang dipilihnya, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budihartono.
Basuki menyatakan niatnya untuk ikut pilkada melalui jalur independen.
Mereka dibantu kelompok relawan, Teman Ahok, yang mengumpulkan 1 juta data KTP sebagai syarat dukungan bagi calon independen.
Langkah Teman Ahok ini memunculkan reaksi dari PDI Perjuangan.
Partai berlambang banteng itu bahkan menganggap upaya Teman Ahok yang mendorong Basuki maju melalui jalur independen itu bagian dari deparpolisasi.
Istilah deparpolisasi ini pertama kali dimunculkan Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, yang juga Ketua DPRD DKI.
Prasetio menilai adanya upaya deparpolisasi yang sedang berkembang di Indonesia. (Baca: Apa Itu Deparpolisasi?)
Indikatornya, kata dia, adalah adanya upaya untuk meniadakan peran partai politik dalam pemilihan kepala daerah.
Bukan kali ini saja
Jika melihat ke belakang, bukan kali ini saja muncul calon independen dalam ajang pemilihan umum di Indonesia.
Saat Pilkada DKI 2012, misalnya, ada dua pasang calon yang maju melalui jalur independen.
Mereka adalah pasangan Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Soepandji-Riza Patria.
Namun, ketika itu tidak ada yang mengkritik pasangan tersebut dengan menyebut mereka melakukan deparpolisasi. (Baca juga: Menurut Ahok, Calon Independen Akan Hilang jika Parpol Profesional)
Menurut pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito, PDI-P ketika itu tidak menyerang calon independen karena mereka memiliki calon yang kuat.
Pada Pilkada DKI 2012, PDI-P bersama-sama Gerindra mengusung pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama.