JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengungkapkan partai politik pendukung Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" memiliki keuntungan sendiri. Salah satunya berdampak pada elektabilitas partai di masa pemilihan umum mendatang.
"Secara ilmiah disebut coat-tail effect. Itu adalah efek dongkrak elektabilitas partai ketika calon yang dipilih atau diajukan memiliki elektabilitas tinggi," kata Yunarto di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016).
Efek tersebut pernah terjadi di beberapa partai besar seperti Partai Demokrat, Gerindra hingga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pada Demokrat tahun 2009, kata Yunarto, terjadi lantaran ada figur mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Sedangkan Gerindra, mendapat dampak dari figur Prabowo Subianto pada tahun 2014.
"Jokowi menjadi coattail effect bagi PDI-P di tahun 2014. Sehingga pertama kalinya PDI-P bisa mengalahkan partai-partai lain setelah tahun 1999," kata Yunarto. (Baca: 51,9 Persen Pemilih Gerindra Pilih Ahok sebagai Cagub)
Coat-tail effect juga bukan tak mungkin terjadi pada Hanura dan Nasdem dalam Pemilu 2019 mendatang. Figur Ahok yang saat ini memiliki elektabilitas tinggi serta kinerja baik, bisa mendongkrak elektoral partai.
"Sah-sah saja demi kebutuhan elektoral, memilih untuk mendukung calon, walau pun tidak diusung, tapi lewat independen. Tapi dianggap ini tokoh kuat. Bukan tidak mungkin dapat limpahan secara elektoral," ungkap Yunarto.
Hingga kini, hanya Nasdem dan Hanura yang memilih untuk mendukung Ahok maju lewat jalur independen. Partai-partai politik lainnya masih melakukan penjaringan calon gubernur dan melakukan komunikasi untuk membentuk koalisi penantang Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.