Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/04/2016, 10:01 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Langit berawan pagi itu. Suara berisik alat bangunan samar-samar terdengar dari kejauhan.

Ada keramaian yang tak biasa di Pasar Ikan, Luar Batang. Keramaian yang tak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Pasar Ikan.

Senin (11/4/2016), ratusan orang berseragam mendatangi Pasar Ikan. Bukan untuk berbelanja, tapi untuk menunaikan tugas mereka, menggusur ratusan rumah yang berdiri kokoh di kawasan Pasar Ikan.

Dengan seragam lengkap, ribuan pasukan TNI, Polri, dan Satpol PP ini tidak sendiri. Ada belasan alat berat yang mengikuti dari belakang.

Dian Ardiahanni/Kompas.com Suasana penertiban dikawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016).
Warga Pasar Ikan telah berkumpul sejak pagi. Ibu-ibu yang biasanya memasak untuk keluarga mereka, pagi itu punya kesibukan lain, yakni mempertahankan tempat tinggal mereka.

Warga memblokade jalan, mati-matian menghalangi ratusan pria tegap dengan tameng dan pentungan di tangannya memasuki halaman rumah mereka.

Namun apa daya, warga yang mayoritas wanita dan anak anak itu pun tak berdaya. Bukan hanya kalah jumlah, tangan hangat perempuan perempuan tua yang hanya bisa mengulek cabai itu juga tak berdaya menghadapi senjata lengkap yang mengintimidasi mereka.

Puluhan perempuan tua dan anak anak dipaksa masuk ke sebuah bus sekolah. Terdengar teriakan dari seorang perempuan yang tengah mencari anaknya.

"Anakku di mana..., anakku di mana...," teriak sang ibu, histeris, dari dalam bus.

Dia meronta, dia berontak ingin keluar. Namun apa daya, tangan kekar pria berseragam tak mampu dia lewati. Di dalam bus si Ibu hanya menangis, pasrah tak tahu bagaimana nasib si anak.

Warga akan diantar ke sebuah rumah sewa susun sederhana, rusun Rawa Bebek namanya. Rusun tersebut akan menjadi tempat tinggal baru bagi para warga Pasar Ikan nantinya.

Dian Ardiahanni/Kompas.com Suasana pemukiman penduduk di Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Senin (11/4/2016). Mulai hari ini, Pemprov DKI Jakarta menertibkan kawasan tersebut terkait dengan adanya rencana revitalisasi kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa.

Setelah berhasil menghancurkan barisan warga yang melawan, alat berat mulai dikerahkan. Tangan tangan besi eskavator mulai menghancurkan satu per satu rumah yang telah berdiri lebih dari setengah abad itu.

Warga yang tadi melawan, kini tak berdaya. Nyali mereka ciut, bukan hanya karena melihat ratusan laki laki tegap berseragam, tapi juga melihat jerih payah mereka selama puluhan tahun langsung hilang dalam sekali kedipan mata.

Tak ada ganti rugi bagi warga Pasar Ikan. Mereka hanya diberikan rusun tipe 24 (Rusun Rawa Bebek khusus bujang). Ukuran yang terbilang sangat kecil bagi keluarga yang rata-rata memiliki 5 anggota keluarga. (Baca: Warga Pasar Ikan Bingung Tak Ada Dapur di Rusun Rawa Bebek)

Tak hanya itu, mereka harus memikirkan cara menyambung hidup. Mata pencaharian mereka ikut rata bersama tempat tinggal mereka yang dihajar ekskavator.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Arogansi Pengendara Fortuner yang Mengaku Anggota TNI, Berujung Terungkapnya Sederet Pelanggaran Hukum

Arogansi Pengendara Fortuner yang Mengaku Anggota TNI, Berujung Terungkapnya Sederet Pelanggaran Hukum

Megapolitan
Banjir dan Fasilitas Rusak, Pekerja di Pelabuhan Sunda Kelapa: Tolong Perbaiki, Supaya Banyak Pengunjung...

Banjir dan Fasilitas Rusak, Pekerja di Pelabuhan Sunda Kelapa: Tolong Perbaiki, Supaya Banyak Pengunjung...

Megapolitan
Walkot Depok Idris: Saya Cawe-cawe Dukung Imam Budi Hartono di Pilkada

Walkot Depok Idris: Saya Cawe-cawe Dukung Imam Budi Hartono di Pilkada

Megapolitan
Jakarta yang Terbuka Lebar bagi Para Perantau, tetapi Jangan Nekat...

Jakarta yang Terbuka Lebar bagi Para Perantau, tetapi Jangan Nekat...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 18 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 18 April 2024 dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Kisah di Balik Menjamurnya Warung Madura, Ada Bos yang Dukung Pekerja Buka Usaha Sendiri

Kisah di Balik Menjamurnya Warung Madura, Ada Bos yang Dukung Pekerja Buka Usaha Sendiri

Megapolitan
Polisi Imbau Masyarakat Setop Bagikan Video Bunuh Diri Selebgram Meli Joker

Polisi Imbau Masyarakat Setop Bagikan Video Bunuh Diri Selebgram Meli Joker

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Sopir Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Ditangkap | Pendeta Gilbert Lumoindong Dituduh Nistakan Agama

[POPULER JABODETABEK] Sopir Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Ditangkap | Pendeta Gilbert Lumoindong Dituduh Nistakan Agama

Megapolitan
Sejumlah Calon Wali Kota Bogor Mulai Pasang Baliho, Rusli Prihatevy Mengaku Masih Santai

Sejumlah Calon Wali Kota Bogor Mulai Pasang Baliho, Rusli Prihatevy Mengaku Masih Santai

Megapolitan
Mengaku Polisi, Seorang Begal Babak Belur Diamuk Massa di Bekasi

Mengaku Polisi, Seorang Begal Babak Belur Diamuk Massa di Bekasi

Megapolitan
Beredar Foto Dahi Selebgram Meli Joker Benjol Sebelum Bunuh Diri, Polisi: Itu Disebabkan oleh Korban Sendiri

Beredar Foto Dahi Selebgram Meli Joker Benjol Sebelum Bunuh Diri, Polisi: Itu Disebabkan oleh Korban Sendiri

Megapolitan
Polisi Sebut Kekasih Selebgram yang Bunuh Diri Sambil 'Live' Tak Lakukan Kekerasan Sebelum Korban Akhiri Hidup

Polisi Sebut Kekasih Selebgram yang Bunuh Diri Sambil "Live" Tak Lakukan Kekerasan Sebelum Korban Akhiri Hidup

Megapolitan
Merantau ke Jakarta Jadi Pemilik Warung Sembako, Subaidi Sering Dianggap Punya Banyak Uang oleh Orang di Kampung

Merantau ke Jakarta Jadi Pemilik Warung Sembako, Subaidi Sering Dianggap Punya Banyak Uang oleh Orang di Kampung

Megapolitan
PDI-P Depok Sebut Supian Suri Punya Modal Popularitas dan Elektabilitas untuk Ikut Pilkada

PDI-P Depok Sebut Supian Suri Punya Modal Popularitas dan Elektabilitas untuk Ikut Pilkada

Megapolitan
Jadi Pengedar 10 Kg Sabu, Pengangguran di Bekasi Terancam 20 Tahun Penjara

Jadi Pengedar 10 Kg Sabu, Pengangguran di Bekasi Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com