JAKARTA, KOMPAS.com - Usai penggusuran pemukiman Pasar Ikan pekan lalu, sebagian warga yang berprofesi sebagai nelayan kini berhenti bekerja dan hanya beristirahat di perahu mereka.
Hal ini disebabkan karena perahu yang biasa digunakan melaut, kini ditempati seluruh anggota keluarga. Seperti Syamsudin (70) yang memiliki tujuh perahu.
Syamsudin yang biasa menghabiskan sebagian besar waktunya di laut, kini hanya mengumpulkan puing-puing sisa pembongkaran.
"Ya gimana mau nyari ikan, kan perahunya dipakai tidur sama anak-anak saya," kata Syamsudin di kawasan Pasar Ikan, Selasa (19/4/2016).
Hal yang sama juga dirasakan Ipul (33), yang kini lebih sibuk mengais barang bekas dari sisa pembongkaran. (Baca: Mereka yang Terpaksa Jadi "Orang Perahu"....)
"Ya harus tetap nyari duit tapi enggak bisa melaut, yang bisa aja (mengumpulkan barang bekas) sekarang," kata Ipul.
Sementara itu Enda (35), memilih beristirahat di perahunya dan mengandalkan bantuan dari posko untuk memenuhi hidup sehari-hari.
"Mending tidur aja dah, mumpung masih ada sembako gratis," ujar Enda. (Baca: Anak-anak "Manusia Perahu" Kesulitan Belajar)
Sebagian warga yang kena gusur kini hidup di atas perahu, sedangkan sebagian lain mengontrak rumah di Luar Batang. Sebagian warga lain kini menempati Rusun Rawa Bebek.
Kawasan Pasar Ikan menampung 4.929 penduduk, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.728 KK. Namun, hanya 396 KK yang terdaftar sebagai warga Pasar Ikan.