JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Hamid Basyaib menyayangkan hiruk-pikuk proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta membawa pengaruh negatif bagi daerah lain.
Soalnya, seluruh elite menaruh perhatian khusus pada Pilkada DKI Jakarta. Pilkada di daerah lain terpinggirkan.
"Pilkada DKI Jakarta ini terlalu menyedot perhatian. Ramai sekali. Dampak negatifnya adalah pilkada di daerah lain kurang menarik," kata Hamid di Kantor Populi Center di Jalan Letjen S Parman, Jakarta Barat, Senin (25/4/2016).
Ia menilai, proses Pilkada DKI Jakarta 2017 ramai karena adanya sosok Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan segala kontroversinya.
Ahok telah memilih maju lewat jalur independen pada Pilkada DKI Jakarta. Akibatnya, partai politik ramai-ramai mencoba menarik kepala daerah lain untuk bertarung di Jakarta, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, dan Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah.
"Apa semua kepala daerah harus dikerahkan ke Ibu Kota? Saya cukup heran dan kecewa melihat para elite parpol yang memandang Pilkada DKI ini sebagai permainan hidup dan mati," kata Hamid.
"Enggak masuk akal, semua (kepala daerah) dipertaruhkan ke sini (Jakarta). Apakah warga Jawa Tengah, Surabaya, Bantaeng, enggak berhak dapat pemimpin bagus?," kata Komisaris Utama PT Balai Pustaka itu.
Hamid bahkan menyebut Pilkada DKI Jakarta sudah sama dengan pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu.
"Ini sudah sangat nyaris sama dengan Pilpres, banyak fitnah, ada berbau SARA. Ini bukan karena Jakarta sebagai Ibu Kota, melainkan Ahok dengan semua kontroversinya," kata Hamid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.