Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Sindiran Ahok pada PNS yang Tak Lazim

Kompas.com - 26/04/2016, 13:05 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya sindiran Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" pada bawahannya dinilai tak lazim dalam roda pemerintahan. Namun, gaya tersebut dianggap tepat dalam era tranparansi dan keterbukaan publik.

Misalnya dalam kasus perseteruan antara Ahok dan Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi. Konflik tersebut dilatari ketidakpuasan Ahok terhadap kinerja Rustam yang berbuntut sindiran Ahok terhadap Rustam.

Ahok menilai, Rustam belum maksimal membebaskan lahan negara untuk mendukung normalisasi sungai dalam penanganan banjir.

Sikap sindiran sekaligus kritik Ahok terhadap Rustam di depan publik itu dinilai tepat dilakukan sebagai seorang atasan.

"Tidak perlu lagi membuat ruang tertutup di ruang publik apa yang menjadi sistem manajemen di pemerintahan daerah," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Selasa (26/4/2016).

Mayoritas roda pemerintahan selama ini sangat tertutup dalam hal pengoreksian atasan terhadap bawahan. Publik seakan jauh dengan pemerintahan. Jarak itu tampak seperti ruang tertutup dan tidak bisa dibuka publik.

Padahal, publik diibaratkan sebagai pemilik saham dalam pemerintahan. Sementara gubernur dan wakilnya merupakan direktur utama.

"Mereka bayar pajak untuk APBD, mereka juga memilih pemimpinnya, direktur utamanya, gubernur bersama wakil gubernur," ujar Yunarto.

Bagi sebagian pihak, sikap Ahok tak basa dijalankan. Namun, secara substansi, kata Yunarto, tepat dilakukan dengan catatan ada perbaikan komunikasi oleh Ahok.

Perbaikan komunikasi perlu dilakukan lantaran persepsi publik soal Ahok masih cenderung negatif.

Dalam survei Populi Center beberapa waktu lalu, selain sikap tegas sebanyak 38 persen, masyarakat juga mengenal sikap kasar Ahok sebesar 11 persen.

"Ahok harus menyadari cara komunikasi beliau dengan publik dan anak buah. Kalau itu bisa diadaptasi bisa lebih bijak, bukan tak mungkin output-nya tetap sama, tapi kotroversinya berkurang," ujar Yunarto.

Kompas TV Wali Kota Jakut Balas Tudingan Ahok di Medsos
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com