Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MUI Ingin Memediasi Dialog Warga Luar Batang dengan Pemprov DKI

Kompas.com - 02/05/2016, 21:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana menyurati Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk menjembatani dialog antara Pemprov DKI dan warga korban penggusuran Luar Batang, Jakarta Utara.

Wakil Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat, Ikhsan Abdullah, mengaku akan mengundang para ahli pertanahan terlebih dahulu untuk memetakan duduk persoalan menyangkut tanah di Luar Batang yang sama-sama diklaim oleh warga dan pemprov.

"Kami akan mengkaji dulu dengan mengundang ahli pertanahan, setelah mendapat masukan yang komprehensif baru kami gulirkan suratnya," ujarnya kepada wartawan di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Senin petang.

Dalam hal ini, MUI berupaya memediasi kepentingan Pemprov DKI dan warga Luar Batang mengacu pada dasar klaim masing-masing pihak.

Warga merasa memiliki hak tinggal di Luar Batang karena secara turun temurun telah menggarap lahan tersebut sejak 1700-an.

Dari sisi sejarah, warga memiliki hubungan erat dengan ulama Al-Habib Husein Bin Abubakar Alaydrus yang pernah menjadi habib Masjid Keramat Luar Batang, yang kini menjadi salah satu situs historis di kawasan tersebut.

Sementara Pemprov DKI mengemukakan relokasi warga kampung Pasar Ikan dan Akuarium, Luar Batang, pada 11 April lalu dilakukan untuk merevitalisasi kawasan tersebut menjadi lahan terbuka hijau dan pusat wisata bahari.

Mengacu pada UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, Ikhsan menilai baik warga dan pemprov sama-sama memiliki hak atas tanah di Luar Batang.

"Dalam UU itu disebutkan rakyat yang sudah menggarap lahan negara lebih dari 30 tahun diutamakan memperoleh hak atas tanah tersebut," kata dia.

Ia berharap Pemprov DKI dalam hal ini Gubernur Basuki bisa menyambut ajakan dialog dari warga Luar Batang, untuk menyelesaikan persoalan revitalisasi yang berbuntut panjang.

Hingga saat ini, MUI mencatat sekitar 740 warga korban penggusuran Luar Batang mendiami tenda-tenda penampungan yang disediakan TNI Angkatan Laut.

Karena kehilangan mata pencaharian dan rumah mereka, warga hanya menggantungkan hidup pada santunan dan bantuan dari para donatur.

Menanggapi fakta tersebut, MUI berharap Pemprov DKI lebih memperhatikan nasib para warga korban relokasi dan menyiapkan kompensasi yang layak.

Pada dasarnya MUI mendukung upaya penataan kawasan Luar Batang jika peruntukannya benar-benar ditujukan untuk warga sekitar.

"Misalnya, warga dibuatkan rumah susun di Luar Batang, kalau rusun Marunda dan Rawa Bebek yang ditawarkan pemprov kan terlalu jauh dari lokasi warga mencari nafkah. Masa warga yang tadinya nelayan disuruh jadi pengamen?" ungkap Ikhsan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber ANTARA
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com